Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat kepada tim catur Indonesia yang berhasil menjadi juara umum pada gelaran SEA Games Filipina 2019 dengan perolehan 2 medali emas, 3 medali perak dan 1 medali perungu. Sebenarnya, jujur saja saya tidak terlalu hobi dengan permainan strategi yang satu ini. Selain saya selalu kalah jika bertanding melawan ayah saya, sejak kecil sampai sekarang setelah dewasa pun saya selalu kalah dan tidak pernah menang melawan beliau. Sehingga saya pun harus mengakui bahwa saya tidak berbakat dalam permainan ini. Ok lupakan curhatan masa kecil saya, pada tulisan kali ini saya akan berusaha membahas permainan catur lebih dari sisi sejarahnya dan juga mungkin asal-usul darimana permainan ini berasal.
Asal-usul Permainan Catur
Menurut para sejarawan permainan catur berasal dari India tepatnya dari Kekaisaran Gupta. Terbukti dari nama permainan ini yang menggunakan bahasa sanskrit (sansekerta) yang diambil dari kata Chaturanga yang bermakna empat. Maksud empat disini adalah empat sudut pada papan permainan catur. Ada pula yang menyimpulkan bahwa Chaturanga adalah senyawa bahuvrini yang bermakna memiliki empat anggota badan, maksudnya empat divisi pasukan pada model perang Bharatayudha yakni pasukan gajah, pasukan kereta, pasukan kavaleri dan pasukan infanteri. Konon terlahirnya permainan ini dampak dari sulitnya upaya Kekaisaran Gupta pada saat itu mempersatukan kerajaan-kerajaan di India.
Kekaisaran Gupta pada zaman keemasannya berhasil menaklukan sekitar dua puluh kerajaan di India dan di daerah sekitarnya, termasuk Kerajaan Parasikas (wilayahnya berada di daerah Persia), Kerajaan Hara Huna (wilayahnya berada di Pegunungan Himalaya perbatasan dengan teritori Tiongkok saat ini), dan juga suku-suku Kamboja yang tinggal di sebelah barat dan timur lembah Oxos, Kinnara, Kirata dan lainnya. Selain itu kemungkinan kejenuhan yang melanda para pegawai dan tentara kekaisaran pun ikut mendorongnya suatu permainan yang bisa membunuh waktu dan membunuh rasa bosan. Karena pada saat itu kegiatan di kalangan istana hanyalah terbatas pada perang, rapat, berburu, dan melakukan kegiatan mantap-mantap dengan para Selir.
Disebarkan Oleh Dunia Islam
Tak terduga ternyata permainan ini menjadi sangat populer, bahkan kepopulerannya hingga ke luar dari teritori kekuasaan Kekaisaran Gupta. Misalnya di Kekaisaran Sasaniyah (Persia) permainan ini dinamai Shatranj. Begitu pun ketika Kekaisaran Sasaniyah runtuh setelah ditaklukan oleh Kekhalifahan Rasyidin, aturan permainan dikembangkan lebih lanjut dan dibawa ke Arab. Segeralah permainan ini menjadi salah satu aktivitas rekreasional kekhalifahan favorite di dunia Islam. Konon Khalid bin Walid (Panglima Perang Kekhalifahan Rasyidin) sangat menggemari permainan ini. Bahkan sahabat Nabi yang bernama Sa'id bin Jubair (salah satu ulama tabi'in) konon senang bermain catur bahkan biasa bermain dengan tanpa melihat (blindfolded). Pada zaman kekhalifahan Abbasiyah, khalifah ke-5 Harun al-Rasyid pernah menghadiahkan set papan catur kepada Charlemagne sang pendiri Kekaisaran Romawi Suci.
Menyebarnya Catur di Eropa
Pada abad ke-8 ajaran dan budaya Islam yang dibawa oleh bangsa Moor menyebar sampai ke semenanjung Iberia, dan catur termasuk permainan yang dibawa ke Iberia oleh orang-orang Islam tersebut sehingga kemudian catur bisa dikenal di Spanyol dengan nama Ajedrez dan Xadrez di Portugal. Perlahan tapi pasti Chaturanga pun sampai di Yunani dan menjadi Zatrikion, dari Yunani catur pun menyebar di Eropa misalnya menurut para peneliti catur sampai di Eropa Barat dan Russia pada abad ke-9. Kepopuleran dan penyebaran permainan catur terjadi akibat permainan ini biasa dijadikan souvenir dan cinderamata (oleh-oleh) baik di kalangan Keluarga Kerajaan ataupun masyarakat umum.
Sejarah Catur di Nusantara
Di Nusantara sendiri teori masuknya catur ada beberapa teori. Teori yang pertama konon permainan catur dibawa masuk ke nusantara oleh orang-orang Belanda. Awalnya hanya orang Belanda yang memainkan permainan otak ini, namun setelah kemerdekaan permainan ini mulai dimainkan oleh para inlander (orang pribumi). Namun ada pula pendapat yang menyatakan bahwa konon permainan catur telah ada sebelumnya di nusantara dan bukan berasal dari penjajah asing yang masuk ke nusantara.
Ada yang berpendapat bahwa catur berasal dari nama sebuah Kadipaten yang sangat terkenal pada masa itu yang bernama Wanacatur. Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa (Prabu Jayabaya) merupakan Raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157 M, Prabu Jayabaya sering menggunakan Istana Wanacatur sebagai tempat untuk menyusun strategi. Untuk memudahkan penyusunan rencana beliau menggunakan alat-alat peraga, yang salah satunya akan dikenal sebagai papan catur.
Modernisasi Permainan Catur
Didalam buku yang ditulis oleh Luis Ramirez de Lucena pada abad ke-15 yang berjudul "Repeticion de Amores y Arte de Ajedrez" tertulis mengenai aturan dan teori permainan awal catur. Selain Lucena, di Eropa banyak aturan permainan catur ditentukan oleh Pedro Damiano, Giovanni Leonardo di Bona, Giulio Cesare Polerio, Gioachino Greco, dan Ruy Lopez de Segura. Pada abad ke-18 catur menjadi permainan yang sangat populer di Perancis dan Eropa Selatan. Sedangkan turnamen catur modern pertama digelar di London (Inggris) pada tahun 1851. Demikian sejarah asal-usul tentang catur yang dapat saya kisahkan, ternyata permainan otak ini memiliki sejarah yang sangat panjang dan berliku. Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan saya.
[indreaphiuchus, disarikan dari berbagai sumber]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI