Mohon tunggu...
Indrato Sumantoro
Indrato Sumantoro Mohon Tunggu... Pemerhati Aspal Buton.

Pemerhati Aspal Buton.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dari Buton ke Swasembada: Jalan Panjang Menuju Kedaulatan Aspal Nasional

12 Oktober 2025   11:30 Diperbarui: 12 Oktober 2025   11:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenis=jenis aspal jalanan. uditchbeton.com 

Ketika rakyat Buton menggali tanahnya, mereka tidak sekadar mencari nafkah, tetapi menambang kehormatan bangsa. Aspal Buton adalah monumen hidup dari keteguhan rakyat yang tidak pernah menyerah. Meski diabaikan oleh kebijakan pusat, mereka tetap bekerja, tetap berharap, dan tetap percaya. Karena mereka tahu: revolusi tidak datang dari janji, tetapi dari kerja nyata.

Dari Buton ke Swasembada adalah panggilan jiwa bagi generasi muda. Jika Ibrahim Kadir menulis untuk membangkitkan semangat perlawanan, maka generasi Buton harus menulis kisah baru tentang kemandirian. Jangan biarkan perjuangan berhenti di meja birokrasi. Jadikan pena, teknologi, dan inovasi sebagai senjata baru melawan penjajahan ekonomi.

Tidak ada kemerdekaan sejati tanpa kedaulatan sumber daya. Buton telah memberi, kini saatnya bangsa memberi balik. Pemerintah pusat harus melihat Buton bukan sebagai pinggiran, melainkan pusat energi strategis nasional. Karena di situlah terletak urat nadi swasembada yang sesungguhnya.

Sejarah tidak pernah berpihak pada mereka yang diam. Ia mencatat nama-nama yang berani melangkah, meski melawan arus. Buton telah menunggu terlalu lama, sementara dunia terus bergerak. Jika hari ini tidak dimulai, maka generasi berikutnya hanya akan mewarisi cerita penyesalan.

Dari Buton ke Swasembada adalah deklarasi kemerdekaan jilid dua: kemerdekaan dari ketergantungan. Tidak dengan senjata, tetapi dengan keyakinan dan keberanian. Tidak dengan perang, tetapi dengan kebijakan yang berpihak. Tidak dengan teriakan, tetapi dengan kerja keras yang konsisten.

Aspal Buton adalah warisan Allah yang dititipkan untuk diuji: apakah bangsa ini mampu menghargai karunia-Nya atau justru mengkhianatinya. Setiap ton yang diimpor dari luar negeri adalah pengkhianatan kecil terhadap amanah itu. Buton tidak menuntut balasan, hanya pengakuan dan keberpihakan. Karena kedaulatan ekonomi harus dimulai dari bumi sendiri.

Seperti Ibrahim Kadir yang menulis "Dari Pungo ke Revolusi" untuk membangkitkan semangat bangsanya, kini Buton menulis bab baru: Dari Buton ke Swasembada. Sebuah narasi tentang perjuangan tanpa darah, tetapi dengan tekad dan air mata. Tentang rakyat kecil yang melawan kelupaan negara. Dan tentang cita-cita besar yang lahir dari pulau kecil.

Revolusi ini tidak butuh peluru, hanya butuh keberanian untuk berkata: Cukup sudah kita dijajah impor! Buton siap menjadi motor kemandirian aspal nasional, jika negara mau mendengar. Dari Buton, Indonesia belajar kembali arti kemerdekaan yang sejati. Dan dari Swasembada, bangsa ini akan menemukan kembali harga dirinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun