Mohon tunggu...
Indra Purnomo
Indra Purnomo Mohon Tunggu... Freelancer - Menanam cinta di setiap langkah

Meninggalkan dan ditinggalkan adalah hal yang menyakitkan. Namun jangan khawatir akan hal tersebut, kita dapat bertemu tanpa meminta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Solidaritas Menjaga Jarak Sosial dan Menggunakan Masker di Tengah Pandemi Covid-19

26 April 2020   15:32 Diperbarui: 26 April 2020   15:27 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjaga jarak sosial di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sangat penting dilakukan oleh seluruh masyarakat. Upaya tersebut dilakukan demi memperlambat penyebaran virus corona. 

Presiden Republik Indonesia Joko "Jokowi" Widodo telah mengimbau agar masyarakat bekerja dari rumah serta bagi pelajar dan mahasiswa agar dapat belajar dari rumah. Jika memang ada kepentingan mendesak untuk keluar rumah, pemerintah mengharuskan masyarakat agar tetap menjaga jarak sosial dan menggunakan masker.

Penyebaran virus corona terjadi ketika orang sehat bersentuhan dengan tetesan pernapasan dari batuk, bersin, atau napas orang yang terinfeksi. Oleh sebab itu upaya menjaga jarak yang dilakukan oleh masing-masing individu merupakan bentuk solidaritas masyarakat dan salah satu cara memutus rantai penyebaran virus corona.

Para ilmuwan sedang mempelajari tentang virus corona baru secara real time, dan mereka yang mempelajari penyakit pernapasan yang sama mengatakan bahwa sampai lebih dipahami, tidak ada pedoman yang mungkin menawarkan keamanan yang sempurna. Sebaliknya, memahami kemungkinan rute penularan virus dapat membantu kita melihat mengapa menjaga jarak sangat penting.

Dilansir dari The New York Times, melalui simulasi 3-D yang dibuat menggunakan data penelitian dari Kyoto Institute of Technology, menawarkan satu pandangan tentang apa yang terjadi ketika seseorang batuk di dalam ruangan. 

Batuk menghasilkan tetesan pernapasan dengan berbagai ukuran. Tetesan yang lebih besar jatuh ke lantai, atau pecah menjadi tetesan yang lebih kecil. Batuk terberat melepaskan sekitar seperempat sendok teh cairan, dengan tetesan menyebar dengan cepat ke seluruh ruangan.

Center of Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan menjaga jarak setidaknya enam kaki dari orang lain dapat membantu Anda menghindari kontak dengan tetesan pernapasan ini dan menurunkan risiko infeksi. Pedoman tersebut didasarkan pada asumsi bahwa penularan terutama terjadi melalui tetesan besar yang jatuh berdekatan.

Namun seperti yang dikabarkan oleh simulasi tersebut, dan para ilmuwan berpendapat, tetesan dapat bergerak lebih jauh dari enam kaki. Dan tetesan kecil yang dikenal sebagai aerosol dapat tetap melayang atau bergerak di udara sebelum akhirnya menetap di permukaan. Ini adalah bagaimana mereka bisa bubar selama 20 menit ke depan.

Bahkan, para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) mempelajari batuk dan bersin, mengamati partikel dari batuk yang berjalan sejauh 16 kaki dan yang bersin berjalan sejauh 26 kaki.

Semua ini menunjukkan bahwa menjaga jarak sejauh enam kaki atau lebih dapat sangat mengurangi kemungkinan penularan, dibandingkan dengan menjadi lebih dekat.

Batuk dan bersin mungkin bukan satu-satunya penyebab kekhawatiran. Studi influenza telah menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi dengan gejala ringan atau tanpa gejala juga dapat menghasilkan tetesan infeksi melalui berbicara dan bernapas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun