14. Berhentilah berbicara! Inilah yang pertama dan terakhir karena pedoman-pedoman lainnya tergantung pada pedoman utama yang satu ini. Anda tidak dapat “mendengarkan secara efektif’ kalau anda masih berbicara”.
Untuk perbandingan penyajian pedoman-pedoman ini, lihatlah A. Schriberg et al., 1997, hal. 80) dan Keith Davis & John W. Newstrom, 1989, hal. 88).
Karena keterbatasan dalam ruang, saya akan membahas tentang beberapa faktor dalam organisasi yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan komunikasi (communication breakdown), dalam kesempatan lain.
Catatan Penutup
Dari tulisan di atas kita semua dapat melihat bahwa keterampilan komunikasi antar-pribadi (inter-personal communication) – terutama keterampilan untuk mendengarkan dengan efektif/aktif – sangatlah penting untuk dikuasai oleh para manajer, teristimewa oleh para pemimpin, baik di bidang bisnis maupun di bidang-bidang lainnya, seperti bidang pemerintahan, kepartaian dlsb.
Di dalam bidang politik, dalam beberapa pekan mendatang ini banyak contoh yang dapat kita lihat serta evaluasi dari dua pasang “capres-cawapres” yang sedang bersaing satu sama lain untuk merebut puncak kekuasaan dalam pemerintahan negara R.I. tercinta ini. Mereka masih melakukan “blusukan” dan visi-misi masing-masing pun sudah disampaikan kepada KPU.
Melihat visi-misi masing-masing dan proses “blusukan” dan/atau pertemuan-pertemuan mereka masing-masing dengan orang banyak – baik para pendukung mereka atau pun bukan – apakah penilaian anda atas diri masing-masing calon itu sebagai “seorang pendengar yang baik”? Angka terbaik 10 dan angka terburuk adalah 0. Ini sekadar exercise untuk mempertajam daya analisis anda dalam hal kepemimpinan.
Seperti biasa, saya mengingatkan bahwa tulisan ini dimaksudkan bagi orang-orang muda Indonesia yang beraspirasi menjadi pemimpin di masa depan.
Jakarta, 26 Mei 2014
F.X. Indrapradja
http://developingsuperleaders.wordpress.com