Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Mental "Siap Menang, Siap Kalah" dalam Diri Peserta Kompetisi

7 September 2021   10:46 Diperbarui: 7 September 2021   13:14 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mental siap menang dan kalah harus dipupuk sejak dini| Sumber: Ingram Publishing via Kompas.com

Salah satunya adalah doktrin bahwa menjadi terbaik adalah menjadi juara 1. Saya ingat teman semasa SMP dan SMA pernah dipukul oleh ayahnya karena gagal jadi juara 1 dalam kompetisi bulu tangkis tingkat kabupaten. 

Saya kasihan melihat teman saya ketakutan jika kalah dalam turnamen karena ada bayang-bayangan kemarahan ayahnya jika kalah. Ini karena ayahnya menaruh harapan agar dirinya tampil di pentas yang lebih besar bahkan bisa masuk ke Pelatnas. 

Sayangnya didikan seperti ini ibarat 2 sisi koin. Sisi pertama bisa memotivasi anak untuk tampil lebih baik dan berusaha keras menjadi juara sesuai ekspektasi orang tua atau orang lain. 

Namun disisi lain akan muncul beban dan tekanan saat berkompetisi. Ada bayang-bayang ketakutan jika gagal mewujudkan ekspetasi yang diharapkan orang lain. Alhasil ketika gagal, dirinya akan mudah merasa depresi dan terpuruk. 

3. Terpaku pada Stigma "Kesempatan Hanya 1 Kali"

Ada pepatah kesempatan hanya datang 1 kali, jangan pernah sia-siakan kesempatan. Inilah yang membuat orang berusaha meraih kesempatan dengan menjadi yang terbaik. Khawatir tidak akan ada kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya. 

Nyatanya justru ada orang yang justru berhasil ketika harus mengalami kegagalan terlebih dahulu. Belajar pada kisah Hidilyn Diaz, atlet wanita angkat besi dari Filipina yang berhasil menyumbangkan emas pertama bagi negaranya di Olimpiade. 

Pencapaian terbaiknya ini bahkan tidak datang serta merta dimana dirinya harus sempat berpuas menjadi juara 2 dan 3 pada olimpiade sebelum-sebelumnya. 

Kisah ini mirip dengan Greysia Polii, atlet bulu tangkis Indonesia yang juara berhasil meraih emas bersama Apriyani Rahayu. Kisah pilu pernah dirasakan dimana Greysia Polii harus didiskualifikasi pada gelaran Olimpiade London 2012. Namun dirinya membuktikan bahwa Ia bisa bangkit dan memperbaiki diri pada kompetisi berikutnya. 

Terjawab bahwa kesempatan bisa datang dilebih dari 1 kali. Ada banyak kisah inspiratif di mana seseorang bisa menjadi juara justru setelah mengalami kegagalan berulang kali. Abraham Lincoln dapat menjadi contoh sederhana. 

Lincoln harus merasakan kegagalan berulang kali saat ingin menjadi anggota senat Amerika Serikat. Dirinya pun mengalami kegagalan berulang kali juga saat mencoba menjadi Calon Presiden AS. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun