Padahal jumlah pengguna semakin berkurang tidak berbanding lurus dengan cost sehingga mengakibatkan biaya maintenance dan service jauh lebih besar dibanding pemasukan.Â
Jangan kaget jika PT Telkom sebagai pengelola mengalami kerugian karena harus melakukan subsidi untuk sekadar melakukan perawatan aset.Â
Alhasil seiring waktu PT Telkom melakukan penarikan aset telepon koin. Seandainya ada aset yang belum tertarik, umumnya kondisi sudah tidak terawat dan tidak bisa digunakan lagi. Ini seperti kotak telepon koin yang secara tidak sengaja saya temukan. Mirip benda kuno namun terabaikan.Â
3. Perkembangan Gadget dan Perubahan Perilaku Komunikasi Masyarakat
Jika pada tahun 1990-an, gadget seperti telepon seluler, tablet ataupun komputer masih belum booming. Jika pun ada yang memiliki pastilah masuk kategori orang kaya.Â
Pada masa itu umumnya masyarakat masih menggunakan telepon konvensional yang digunakan di rumah ataupun kantor. Telepon ini hanya bisa melakukan panggilan dan menerima panggilan. Tidak ada fitur canggih seperti internet, kamera, ataupun pesan singkat.Â
Kini teknologi semakin berkembang. Telepon seluler bukan lagi sebagai barang mewah karena pengguna telepon seluler sudah mencapai puluhan juta pengguna.Â
Di sisi lain pola komunikasi saat ini mulai beralih dari telepon 2 arah menjadi pesan singkat dan instan seperti WhatsApp, SMS, Line, Facebook Messanger, Email dan sebagainya.Â
Penggunaan pesan singkat dan instan ini dianggap lebih menarik karena bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, bisa melibatkan banyak orang melalui grup, hingga adanya sticker pesan yang menarik dan pendukung.Â
Lihat saja perkembangan gadget dan teknologi ini telah mampu menggeser peran telepon koin yang sempat menjadi primadona bagi masyarakat menengah, menengah ke bawah. Tidak hanya itu penggunaan telepon rumah pun mulai berkurang.Â
***