Dulu dengan koin pecahan 100 rupiah sudah bisa berkomunikasi sekian menit namun seiring waktu biaya telepon tentu mengalami kenaikan.Â
Saat menggunakan telepon via Wartel, ketika baru menelpon sudah dikenakan tarif hampir 200 rupiah dan semakin bertambah setelah sekian detik.Â
Biaya ini tentu dipatok karena pertimbangan penggunaan listrik, maintenance dan biaya komunikasi yang tinggi. Bandingkan juga tarif operator telepon yang ada di masyarakat saat ini. Tarif teleponnya juga tergolong mahal untuk panggilan lokal.Â
Tarif pada gambar di atas adalah contoh bahwa kini tarif komunikasi sudah mahal. Jangan berharap dengan saldo 100 rupiah bisa digunakan untuk menelpon. Yang ada hanya akan muncul suara, maaf saldo yang anda miliki tidak cukup untuk melakukan panggilan telepon. Cobalah sesaat lagi".
Ini artinya pecahan 100 rupiah yang dulu masih bernilai justru kini tidak cukup untuk melakukan komunikasi. Inilah yang menjadi penyebab utama telepon koin mulai kehilangan pengguna.Â
2. Biaya Perawatan Mesin Telepon yang Tinggi
Mengingat telepon koin adalah bagian dari mesin dan teknologi maka tentu membutuhkan maintenance secara berkala dan resiko rusak cukup tinggi.Â
Penempatan atau pemasangan telepon koin yang oleh PT Telkom memang menyasar area publik dan sekitar instansi tertentu yang membutuhkan sarana komunikasi. Lokasi ini cenderung minim pengawasan seperti CCTV atau pemantauan sekuriti.Â
Kenakalan yang pernah saya lakukan mungkin juga dilakukan oleh banyak orang seperti melubangi koin dengan tali agar bisa ditarik lagi, memasukkan batang lidi atau ranting ke lubang masuk koin atau dalam kasus ekstrem ada yang memang sengaja ingin merusak fasilitas publik seperti telepon koin.Â
Ketika mesin telepon rusak maka mau tidak mau harus dilakukan perbaikan dan pengecekan berkala. Biaya maintenance dan service tentu besar serta membutuhkan tenaga yang terampil.Â