Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

"1 Kali Gagal, 2 Kali Bangkit", Prinsip Hidupku Ketika Terpuruk dalam Kegagalan

21 April 2021   10:54 Diperbarui: 22 April 2021   01:00 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang yang Bangga Karena Meraih Kesuksesan. Sumber Magazine Job-Like

Kegagalan adalah hal yang menyakitkan apalagi berkaitan dengan mimpi yang diharapkan terwujud

Kegagalan adalah hal wajar dan pasti pernah dirasakan oleh manusia. Kita pun sering mengalami kegagalan dalam porsi masing-masing. 

Ada yang sejak kecil berambisi jadi polisi ketika dewasa, namun ternyata gagal terwujud karena fisik tidak mendukung; ada yang ingin masuk sekolah atau kampus favorit, tapi gagal karena nilai terlalu kecil; ada yang bercita-cita masuk di perusahaan benefit, apa daya gagal ketatnya persaingan. 

Saya pun pernah mengalami 2 kegagalan yang begitu pahit sampai saat ini. Apa saja kegagalan saya tersebut? 

Kegagalan Pertama 


Ketika lulus SMA, cita-cita saya adalah ingin melanjutkan pendidikan di sekolah kedinasan. Bayang-bayang bila diterima di sekolah kedinasan akan menjadi kebanggaan diri, tidak perlu bayar biaya pendidikan, bahkan jika lulus berpeluang kerja di instansi pemerintahan. 

Saya pun akhirnya mendaftar di beberapa sekolah kedinasan seperti STAN, STIS, dan Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG). Hanya AMG yang memberikan saya kesempatan hingga tes Pantaukhir. Tes terakhir sebelum dinyatakan lolos sebagai taruna di AMG. 

Saya masih ingat saat sore pergi ke warnet untuk mengecek kelulusan peserta. Sempat ada keyakinan bahwa saya lulus mengingat persiapan yang sudah saya lakukan. Nyatanya takdir berkata lain, rezeki saya untuk menjadi taruna di sekolah kedinasan tersebut sirna.

Saya pulang ke rumah dengan ekspresi sedih dan kecewa pada diri sendiri. Sampai di rumah saya masuk ke kamar dan menangis secara sembunyi. 

Itu adalah pertama kali saya menangis karena kegagalan meraih suatu mimpi. Ibu saya memberikan semangat bahwa masih ada jalan lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun