Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dear Diary, Aku Pusing Harga Ojek Online Kian Mahal

22 Maret 2021   18:54 Diperbarui: 22 Maret 2021   19:32 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Penumpang yang Diantar Ojek Online. Sumber Genmuda.com

Hey Diary, 

Jujur ada uneg-uneg yang ingin ku sampaikan terkait tarif Layanan Transportasi Online yang menurut saya kian mahal. Wahai otakku, tolong flashback kembali kapan pertama kali saya merasakan Ojek Online (Ojol). 

Oiya, sekitar pertengahan tahun 2015 ketika seorang dosen memintaku membantu penelitiannya. Salah satu tugasku adalah mengantar surat pengantar dan mewawancarai narasumber yang telah dipilih di Kota Surabaya. Saya menyanggupinya dan berniat menggunakan transportasi umum saja dari Malang karena saya belum tahu rute di Surabaya. 

Hey Diary, 

Tahukah saat itu saya ada ketakutan sendiri bagaimana cara saya menemui narasumber dan melakukan wawancara ditengah kebutaan saya terhadap area Surabaya. Saya sudah bingung duluan naik kendaraan apa, naik dimana dan harus turun dimana. Mungkinkah saya tersesat nanti? Sempat terpikir naik taksi tapi pasti akan menghabiskan banyak dana jika harus berputar Surabaya dengan taksi konvensional. 


Saya ingat seorang sahabat menyuruh saya menginstal aplikasi salah satu Ojol yang kini menjadi terbesar di Indonesia. Teman saya bilang cukup tulis alamat maka nanti akan ada ojek yang akan memgantarkanmu ke rute manapun (asal tidak lebih dari 25 km) dengan tarif flat Rp. 12.000. Saya garisbawahi lagi hanya 12 ribu rupiah. 

Wow, murah sekali. Itu pikiranku saat itu. Ku beranikan diri memesan dari stasiun Wonokromo ke arah daerah Dupak, Surabaya. Benar saja harga yang tertera hanya 12 ribu untuk rute tersebut. Saya ingat teman saya berpesan, pastikan nomor kendaraan dan wajah si pengemudi sama dengan di aplikasi. Tahukah engkau Diary, hati ini was-was ketika seseorang menghampiri dengan motor besar dan menanyakan apakah saya yang pesan. 

Sekali lagi saya bergumam dalam hati, Wow sejahtera sekali ojek di aplikasi ini hingga saya dijemput dengan motor 150CC. Saya pastikan muka dan nama sesuai hingga hati ini tenang menuju ke tempat tujuan. 

Saya baru sadar jarak yang ditempuh sangat jauh. Hati ini sempat berkata, ini yakin hanya 12 ribu apalagi si pengemudi sempat kesal karena alamat yang saya tulis di maps tidak akurat. Kami pun berputar-putar dan selalu bertanya kepada masyarakat sekitar hingga akhirnya sampai juga di tempat tujuan. 

Ku pastikan lagi nominal yang ku bayar, ternyata tetap sama. Sebagai terimakasih dan rasa bersalah ku. Ku bayarkan 15ribu buatnya (Ini jaman baru lulus kuliah dan belum ada penghasilan). Hehe. Sejak saat itu saya menjadi pelanggan setia aplikasi itu jika ingin bepergian tanpa kendaraan pribadi hingga saat ini. 

Hey Diary, 

Kesuksesan aplikasi ini menarik perusahaan lain ikut mengembangkan layanan serupa di tanah air. Ada yang berhasil dan banyak pula yang gigit jari. Layanan pun kian beragam tidak hanya ojek motor namun juga ada layanan mobil, pesan makanan, pijat, kirim barang, beli pulsa dan banyak fitur menarik lainnya. 

Apa saya senang? Saya jawab pasti karena semakin banyak kompetitor akan ada banyak promo yang menguntungkan bagi kita sebagai konsumen. Saya ingat pernah memesan Ojol dari si kompetitor yang kini telah hengkang dari tanah air. Saya diantar ke lokasi tujuan dengan Rp. 0,- 

Benarkah nominal yang tercantum hanya Rp. 0 atau kata lain gratis tanpa perlu membayar? Ya berkat kode promo khusus saya pernah merasakan naik ojek tanpa perlu membayar meskipun ada rasa tidak tega dan akhirnya tetap membayar seadanya. 

Saya sampai bingung bagaimana bisa si sopir mendapat uang jika banyak pelanggan menggunakan kode promo. Harga bensin saja lebih mahal dibandingkan harga yang diberikan setelah ada promo. Pernah ada pengemudi Ojol curhat, dirinya kesal sudah mengantar keliling dengan jarak tempuh lumayan jauh. Ternyata si penumpang menggunakan kode promo dan hanya bayar 4ribu rupiah. Tanpa ada tambahan tips atau uang lelah. 

Tapi kini mengapa layanan ini semakin mahal ya? 

Saya mencoba berpikir dari berbagai sudut pandang. Mungkinkah ini karena banyaknya sopir atau pengemudi yang kesal dengan banyaknya promo yang diberikan serta yang didapat tidak sebanding dengan tenaga dan biaya bahan bakar yang dikeluarkan. 

Mungkinkah ini karena mulai berkurangnya kompetitor di tanah air atau bisa juga kini penyedia layanan ini telah mendapatkan suntikan dana jumlah fantastis hingga jadi Unicorn, Decacorn atau apalah itu. Artinya suntikan dana yang masuk maka mau tidak mau harus ada tarif baru agar bisa mendapatkan cuan lebih besar. 

Tahukah engkau Diary, 

Kemarin sore saat iseng pesan makanan di aplikasi itu. Saya kaget harga antar lebih mahal dibandingkan harga makanan yang dipesan. Bahkan ada keterangan penambahan biaya pemesanan karena harga dibawah sekian puluh ribu. Saya bahkan pernah mengecek harga antar bisa 2-3 kali harga makanan yang dipesan meski jarak tidak sampe 2 kilometer. 

Saya pun masih mengurungkan niat pesan jika harga di aplikasi tergolong mahal. Bukan karena pelit atau terlalu perhitungan. Namun saya masih bisa beli saat pulang kerja nanti. 

Seorang Ojol pernah cerita harga layanan di aplikasi memang membuatnya senang karena cukup sebanding dengan tenaga dan biaya yang dirinya keluarkan selama mengantar. Namun disisi lain katanya justru jumlah penumpang kian menurun. Apalagi ditengah Covid ini. Seharian belum tentu bisa dapat 5 orderan per hari. Padahal dulu orderan bisa sampai belasan hingga puluhan per hari ketika ada promo-promo khusus. 

Hey Diary, 

Bohong rasanya jika saya tidak rindu dengan masa dulu dimana penumpang dimanjakan dengan berbagai promo dan harga khusus. Tapi saya juga tidak boleh egois karena sejatinya harga mereka masih lebih murah dibandingkan memesan taksi konvensional. Pengemudi juga butuh pemasukan yang layak. Tapi harga yang kian naik ini saya juga kasihan karena jumlah Ojol kian banyak harus bersaing ketat untuk mendapatkan orderan di tengah pandemi. Situasi yang sulit bagi kedua pihak. 

Jangan berharap ada promo harga gila-gilaan lagi. Kini pakai jasa Ojol dengan jarak tidak sampai 2 km aja sudah menyentuh belasan ribu rupiah. Padahal ketika persaingan ketat di jaman banyak kompetitor bermunculan paling hanya 5-7 ribu rupiah saja. Tapi yasudahlah, jaman berlalu harga terbaru kian dihadirkan. Mau tidak mau kini konsumenlah yang harus manut. 

Semoga ada kabar baik ya Diary kedepannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun