Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Belajar dari Miliarder Baru Tuban, Kekayaan Bersifat Sementara Jika Tidak Pintar Mengelolanya

25 Februari 2021   19:33 Diperbarui: 28 Februari 2021   16:33 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jual-Beli Mobil dk Showroom. (Antara/ Aditya Pradana) 

Jumlah orang yang berpikir lebih bijak dengan melihat masa depan mungkin hanya hitungan jari. Kenapa saya melihat ada ketakutan sendiri tentang nasib warga Tuban yang terlena dengan rezeki yang didapat tanpa ada pertimbangan finansial yang matang. Berikut alasannya :

1. Sedari Awal Sudah Konsumtif

Wajar memang ketika mendapatkan rezeki maka kita berusaha menyenangkan diri sendiri, keluarga atau orang di sekitar kita. Misalkan dulu kita bepergian dengan motor butut atau naik angkot berdesak-desakan. Melihat tetangga memiliki mobil dengan AC yang dingin, bisa ajak keluarga bertamasya atau pulang mudik tanpa takut kepanasan dan kehujanan hingga muncul rasa berandai-andai untuk bisa memiliki mobil juga jika ada rezeki.

Nyatanya rasa berandai-andai tersebut kini bisa direalisasikan dengan mudah karena telah memiliki rezeki dalam jumlah besar maka pasti kita akan langsung mewujudkan mimpi tersebut. Kita akan langsung membeli mobil terbaik dan jika bisa belum ada yang memiliki. Harga bisa menjadi pilihan kedua karena duit ada di tangan, yang penting hati puas dan keluarga senang.

Saya mengelus dada ketika membaca berita ada warga yang memborong hingga lebih dari 4 mobil. Mobil itu untuk dirinya, istrinya dan anak-anaknya. 

Padahal kita tahu mobil standar harganya bisa 200 juta artinya minimal 400 juta uang sudah melayang. Ini jika mobil yang dipilih adalah merk biasa. Jika dirinya membeli kualitas high end maka harga bisa di atas 300 juta per unit. Jika membeli 4 unit maka sudah menghabiskan 1,2 milyar hanya untuk membeli mobil.

Nyatanya membeli mobil bukan hanya sekadar membeli unitnya saja. Masih ada biaya printilan lain yang harus dipikirkan seperti biaya surat-surat, pajak kendaraan, perawatan, sparepart, asuransi, BBM dan sebagainya. Untuk perawatan rutin saja bisa menghabiskan 2 jutaan rupiah ini belum termasuk jika ada kerusakan sparepart. Saya akan langsung mengelus dada jika harus menyiapkan anggaran untuk perawatan 4 mobil.

2. Mobil Bukan Properti Inventaris Masa Depan

Saya menilai bahwa membeli mobil bukanlah pilihan bijak jika diharapkan kelak menjadi sebuah inventaris yang menjanjikan. Kita tahu bahwa harga mobil tiap tahun selalu turun karena ada biaya penyusutan mesin, pajak serta munculnya produk mobil terbaru yang membuat mobil lama akan kurang diminati.

Ketika warga Tuban berbondong-bondong membeli mobil hingga berunit-unit artinya mereka harus siap uang yang dikeluarkan akan tidak balik sepenuhnya jika suatu saat mobil harus dijual kembali. Jika mereka membeli 4 unit seharga 1,2 milyar. Meskipun baru dipakai sebulan, bisa jadi harga jual hanya laku 900 juta saja. Artinya 300 juta sudah hilang sia-sia dalam waktu hanya sebulan.

Ini berbeda jika mereka menggunakan uang untuk membeli tanah, rumah atau emas. Peluang jumlah uang bisa bertambah berlipat-lipat karena barang tersebut selalu mengalami kenaikan harga tiap tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun