Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Menerka] Peluang Sinetron Indonesia Mengubah Budaya Internasional

7 Juli 2020   10:41 Diperbarui: 7 Juli 2020   12:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Sinetron Tersanjung yang Sempat Tayang di Indonesia. Sumber Line Today

Sinetron seakan menjadi ciri khas dari serial pertelevisian Indonesia. Ketika membahas sinetron, entah mengapa pikiran kita akan langsung tergambar tentang kisah si kaya dan si miskin, kisah cinta remaja, serial dengan musim penayangan banyak, serial yang kisahnya muter-muter, judul dengan jalan cerita berbeda 180 derajat ataupun identik dengan adegan yang diluar nalar manusia. Apapun penilaiannya, kita perlu mengakui bahwa sinetron memiliki peminat tersendiri. Terbukti sinetron masih tetap eksis hingga saat ini dan melahirkan banyak pemain baru tiap tahunnya.

Ada pertanyaan di benak saya, bisa kah sinetron Indonesia sebagai identitas perfilman Indonesia merajai perfilman luar negeri atau setidaknya memberikan perubahan bagi budaya internasional?

Pemikiran ini muncul ketika sudah banyak acara pertelevisian asing yang menjadi populer dan bahkan mampu menciptakan budaya baru di Indonesia atau bahkan di dunia sekalipun. Saya mengajak sahabat kompasiana mem-flashback kenangan film atau serial asing yang sempat tren di tanah air.

Kita pasti masih ingat diperiode 1990-an, telenovela dari Amerika Latin banyak ditanyangkan di stasiun TV nasional bahkan kenangannya masih membekas bagi generasi di jaman itu. Saya masih ingat tante dan mama saya setiap sore menonton beberapa acara telenovela yang judulnya pun saya masih ingat  seperti Marimar, Esmeralda, Rosalinda dan ada beberapa lainnya. Lagu soundtrack Marimar dengan lirik, Marimar, Oyyy Supermie Bakso (joged ala orang latina) adalah plesetan lirik yang begitu fenomenal dan terngiang-ngiang di pikiran hingga saat ini, . 

Telenovela ibarat kurva penjualan, menaik tinggi hingga booming di tahun 1990-an namun kemudian meredup dan muncul kembali ke permukaan di tahun 2000-an setelah muncul telenovela dengan kisah yang berbeda seperti Betty La Fea, Carita De Angel hingga Amigos x Siempre. Carita De Angel menjadi salah satu telenovela yang fenomenal di tahun 2000-an. Dolce Maria, anak perempuan yang cerdas namun agak nakal, ibu peri, anjing yang bisa ngomong dalam hati, tante rambut palsu, suster Cecilia adalah karakter yang begitu membekas. Bahkan kisah ibu peri dalam Carita De Angel pun seakan menjadi inspirasi bagi sinetron Bidadari yang sempat ditayangkan di salah satu stasiun nasional.

Di tengah meredupnya acara Telenovela, acara India muncul dan menggeser popularitas telenovela di tanah air. Orang tua saya pernah bilang kalau acara India itu sudah populer sejak tahun 1980-an di bioskop kemudian tahun 1990-an mulai ditayangkan di TV nasional. Tapi saya menilai memasuki tahun 2000-an lah awal masa puncak kejayaan acara Bollywood di tanah air. Film Kuch-Kuch Hota Hai yang seakan menjadi ledakan bagi perfilman India. Saat film itu dirilis, saya ingat banget banyak teman yang menyanyi lagu Kuch-Kuch Hota Hai. 

Film India pun mulai mendapat tempat khusus di beberapa stasiun TV yang mulai melahirkan fanbase aktor/aktris India di Tanah Air. Saya pun sedikit banyak mulai mengenal pemain film India seperti Amitabachan, Shah Rukh Khan,Aamir Khan, Salman Khan, Kajol, Rani Mukerji, ataupun Preity Zinta. Film India juga tidak jauh berbeda dengan Telenovela yang keberadaannya seakan naik turun di pertelevisian Indonesia.

Tiba-tiba menjadi acara yang banyak diputar di TV nasional, kemudian meredup dan menghilang namun muncul lagi sebagai tren baru. Saya ingat tahun 2010-2013 sudah jarang stasiun TV menanyangkan acara India, jikapun ada tidak sesering dulu. Serial Mahabharata dengan menampilkan pemain-pemain muda seakan menjadi penyihir dan menjadikannya serial populer di Indonesia. Bahkan tingginya animo masyarakat membuat stasiun TV membuatkan jam khusus untuk menayangkan serial-serial dari India seperti Uttaran, Jodha Akbar, Ranveer dan Ishani ataupun Balveer.

Tahun 1995-2007 juga sempat menjadi masa emas perfilman mandarin (Cina Daratan, Hongkong maupun Taiwan). Film kungfu bernuansa shaolin hingga vampir Cina menjadi film yang seri hingga akhirnya semakin diperkuat dengan hadirnya serial putri huan zhu, dan kera sakti. Bila sebelumnya film mandarin lebih dikuasai dari Cina Daratan maka tahun 2000-an mulai muncul genre remaja dan komedi romantis dari Taiwan. Meteor Garden menjadi salah satu serial fenomenal dan personilnya menjadi idola bagi para kaula muda saat itu. Saya ingat betul majalah remaja yang menampilkan poster F4 akan langsung habis terjual dalam sekejab.

Acara kartun dari Jepang pun sempat merajai pertelevisian Indonesia khususnya pada hari Minggu. Doraemon, Detective Conan, Ninja Hatori, Ultraman, atau Dragon Ball menjadi acara yang wajib di tonton bagi mereka generasi 1990-an. Tidak hanya bentuk serial, komiknya pun laris diminati. Kini muncul pula serial Naruto semakin menegaskan bahwa Jepang menjadi negara unggul dalam memberikan tontonan kartun yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun