"Dan sebutan itu, pahlawan! Alangkah indahnya! Alangkah dustanya!"Â
Lelaki itu tengadah ke langit. Sekelebat, warna kuning kemerahan telah digantikan warna pekat malam. Mendung menyelimuti bumi. Halilintar menyambar. Â
Hujan turun menyirami lautan. Memandikan pulau itu. Dan lelaki itu. Tubuh rentanya makin terpasak di tepi pantai.Â
Perlahan, diikatkannya kain putih itu ke kepalanya. Dengan pasti, dilangkahkan kaki menuju laut. Dengan papan di tangan.Â
***
Seuntai kalimat terpampang pada headline surat kabar nasional di Jakarta.Â
"Seorang lelaki tua ditemukan oleh Tim SAR ysng mencari korban kapal yang tenggelam seminggu yang lalu. Lelaki itu sedang dipermainkan gelombang di Samudera Indonesia, jauh dari lokasi tenggelamnya kapal. Anehnya, nama dan wajah lelaki itu tidak tercantum dalam manifes penumpang yang diberikan otoritas pelabuhan. Menurut keterangan seorang pejabat Departemen Perhubungan, wajah lelaki itu mirip dengan wajah nahkoda kapal pesiar yang tenggelam 20 tahun yang lalu. Hanya saja, lebih tua. Lelaki itu ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Kain putih terikat di kepalanya."Â
Â
(Sebuah Cerita Pendek Indra J Piliang yang ditulis tangan tanggal 23 Januari 1996)Â
 *) Terinspirasi dari tenggelamnya Kapal Motor Gurita di Sabang, Aceh, tanggal 20 Januari 1996.Â