Mohon tunggu...
Indra Irwansyah
Indra Irwansyah Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer dan Blogger

Insightfully

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pikiran Mempengaruhi Sikap

13 September 2021   17:40 Diperbarui: 13 September 2021   18:31 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Stephen Leonardi on Unsplash

Apa Anda pernah merasakan bertingkah laku salah tingkah atau buru-buru mengambil keputusan dan keputusan itu salah ? Ya, itu karena sikap yang Anda pikirkan selalu berulang-ulang sampai sekarang Anda masih bicara tentang kekuatan pikiran dan pengaruhnya terhadap akal yang membuat Anda berkonsentrasi pada sesuatu. Konsenterasi ini menyebabkan lahirnya perasaan tertentu dalam diri Anda. Selanjutnya perasaan mendorong Anda untuk bersikap. Saat inilah terlihat ekspresi wajah dan tubuh Anda bergerak untuk menguatkan ucapan Anda. Penggerak utama semua itu adalah pikiran.

1. Kekuatan Pikiran

Jangan remehkan kekuatan pikiran apalagi Anda mengamalkan pola Law Of Attraction dalam pikiran juga dapat menimbulkan pikiran positif dan negatif yang mempengaruhi perasaan Anda. Tahukah Anda? bahwa pikiran adalah do'a sama halnya Anda menginginkan sesuatu dan itu terucap dan ter-presentasi dalam alam bawah sadar Anda. Maka hati-hatilah anda berfikir. Pengertiannya pikiran dapat memberikan tindakan dan dalam keputusan. Dalam buku Terapi Berfikir Positif karangan Dr. Ibrahim Elfiky menjelaskan tentang dalam bersikap kedahsyatan pikiran tentang kekuatan bagaimana manusia berfikir dan menghasilkan perasaan. Pikiran mempengaruhi konsentrasi akal dan menyebabkan lahirnya perasaan selanjutnya mendorong Anda untuk bersikap. Saat inilah terlihat ekspresi wajah dan tubuh Anda bergerak untuk menguatkan ucapan Anda. Penggerak utama semua itu adalah pikiran.

2. Kepribadian Manusia Menurut Psikologi

Teori kepribadian yang dikembangkan oleh ahli filsafat Yunani Hippocrates hingga disempurnakan oleh Galenus pada 400 tahun SM, yang sekarang dikenal dalam dunia psikologi sebagai teori Hippocrates-Galenus.

  1. Koleris
    Kepribadian pertama yang disebutkan dalam teori Hippocrate-Galenus adalah Koleris. Koleris dikenal sebagai tipe kepribadian yang memiliki semangat dan selalu optimis. Selain itu sifat tersebut juga disertai dengan keras kepala hingga mudah marah.

    Sisi negatif dari sifat koleris ini adalah sifatnya yang tidak sabaran dan menyukai keributan hingga pertengkaran yang berujung perkelahian. Intinya karakter koleris adalah tipe yang memiliki semangat tinggi serta emosi yang meledak-ledak.

  2. Melankolis
    Orang yang termasuk golongan Melankolis adalah mereka yang sering merasa khawatir dan orang-orang yang mudah menyerah. Namun kelebihan Melankolis adalah seseorang yang analitis dan sangat kreatif. Walaupun begitu Melankolis kadang sering meremehkan diri mereka sendiri yang pada kenyataannya diri mereka tidak seburuk itu.
  3. Plegmatis
    Tidak suka kekerasan dan selalu cinta damai adalah karakter khas dari seorang Plegmatis. Plegmatis juga seorang yang sering menyebarkan kebahagiaan lewat humor-humornya yang jenaka.
    Plegmatis juga orang yang tidak mudah terpengaruh dan tipe yang tidak mau terlihat populer. Plegmatis lebih suka ketenangan dan tidak mau ambil pusing terhadap hal-hal yang menurutnya tidak terlalu penting.
  4. Sanguinis
    Selalu mendahulukan perasaan daripada pemikiran adalah karakter khas tipe Sanguinis. Selalu bersemangat dan hangat kepada setiap orang yang ia temui membuat dirinya dicintai banyak orang akibat keramahannya tersebut.
    Sangat tidak suka dengan kesedihan membuat Sanguinis selalu mencari cara untuk terus bahagia. Dan sisi negatif dari Sanguinis adala mereka orang yang takut untuk tidak populer. Mereka menyukai kepopuleran dan akan stress jika mereka tidak populer dalam hidup.

3. Manusia Dibagi 3 Golongan

Dalam buku Ihy' Ulmiddin Al-Ghazali menyebutkan bahwa dalam hubungan sesamanya, manusia terbagi menjadi tiga golongan.

Pertama, manusia yang tergolong dalam derajat yang mulia sebagaimana derajatnya para malaikat.

Menurut Imam al-Ghazali, orang-orang yang termasuk dalam kategori ini senantiasa berbuat baik dengan sesama manusia, tidak hanya berbuat baik, mereka juga senantiasa memberikan kebahagian kepada sesama. Tidak hobi menyakiti orang lain, juga tidak suka berperilaku menyimpang kepada orang lain.

Golongan manusia seperti inilah yang disebut Imam al-Ghazali sebagai golongan yang termasuk "Manzilatul kirm al-bararah minal malikah", yakni golongan manusia yang sikapnya setara dengan golongan malaikat yang saleh.

Kedua, manusia yang setara dan sederajat dengan hewan dan benda-benda mati. Oleh al-Ghazali disebut setara dengan hewan dan benda mati, karena keberadaannya tidak memberikan dampak dan manfaat bagi orang lain, tetapi malah memberikan madharat dan bahaya bagi orang lain.

Sebagaimana benda-benda mati, ia hanya stagnan, tidak bergerak, dan pula tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun