Mohon tunggu...
Indra Furwita
Indra Furwita Mohon Tunggu... Aircraft Engineer -

Aviation & Travel Enthusiast, juga berkarya di IG @FlightEnjoyneer.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Karena Ibu, Kencing Berdiri

11 Maret 2011   02:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_93671" align="alignright" width="315" caption="Ilustrasi by www.ngobrolaja.com"][/caption] Jadilah contoh teladan yang baik buat anakmu. Itulah pesan yang ingin saya sampaikan kepada orang tua dimanapun berada. Orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab besar untuk mendidik anaknya hingga dewasa. Mulai dari pendidikan akademis hingga pendidikan moral dan etika. Sejak dini semestinya itu penting untuk diperkenalkan pada anak. Semua satu tujuan, kelak anaknya hidup berakhlak, bermartabat dan terhormat. Sejak kecil saya sudah dididik untuk hidup sederhana dengan pendampingan etika yang baik. Orang tuaku begitu disiplin dalam mendidik anaknya. Selain itu pengalaman saya sewaktu SMA, mendapatkan pembinaan militer dari TNI AD. Pembinaan mereka begitu bermakna selama tiga tahun lamanya hidup di asrama. Banyak manfaat yang bisa kurasakan sampai saat ini. Mulai dari binaan etika, kebiasaan hidup disiplin hingga binaan agama yang terus kuamalkan. Salah satunya adalah adab buang air kecil atau kencing. Walau sederhana tapi menentukan pandangan orang lain terhadap kepribadian dan kualitas diri kelak. Hal di atas nampak berbeda dengan pengalaman saya beberapa waktu lalu. Saat itu saya duduk di peron salah satu stasiun di Jakarta. Kebetulan saya bermaksud menghadiri acara MODIS Kompasiana di Senayan. Di sebelah kanan saya ada sekelompok orang yang juga sedang menunggu kereta api. Mereka tampak berbincang santai. Seorang Ibu tampak membawa anak yang usianya sekitar 5 tahun.

Selang beberapa lama, anaknya tampak mengeluh ingin buang air kecil. Ibu itu marah-marah, karena sedang asyik mengobrol. Akhirnya dengan cetus ibu itu mengantarkan anaknya buang air kecil. Tapi tidak kuduga Ibu itu mengantarkan anaknya BAK (Buang Air Kecil) di tepi rel. Kebetulan permukaan rel dan apron berbeda ketinggian sekitar 1 meter. Terang saja saya terkejut, mengapa Ibu itu tidak memilih ke toilet. Padahal toilet tidak kurang dari 10 meter dari tempat kami berada. Hanya saja berbayar Rp 1.000,-, harga yang tak besar jika dibandingkan dengan harga moral yang dipertaruhkan kepada anak.

Ada kemungkinan saya dan orang sekitanya juga berpikiran sama. Karena ada puluhan orang yang sedang menunggu kereta. Tepat sekitar 5 meter di belakang posisi anak itu buang hajat ada deretan kios warung makan. Lalu apakah pantas Ibu itu berbuat demikian? Terlebih lagi dengan anaknya yang masih balita. Walau masih kecil, apakah berat Rp 1.000,- itu kalau toh juga demi pendidikan moral anak. Siapa yang diuntungkan kelak kalau bukan orang tua juga.

Maka dari itu, saya kira ada yang pantas dikoreksi dan dijadikan pembelajaran untuk kita semua. Orang tua sebagai pilar utama perkembangan kepribadian anak, bertanggung jawab dalam hal ini. Hal di atas mungkin hanya contoh kecil yang pernah terjadi di masyarakat. Pada saat itu memang saya tidak punya keberanian lebih menegurnya. Tapi lebih baik kita mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Tidak ada alasan untuk menyalahkan keadaan, karena pada dasarnya kitalah yang mengatur diri ini.

Beberapa dari kita mungkin lupa atau bahkan tidak tahu dengan adab buang air kecil yang sesuai dengan normanya. Dalam Agama dan pendidikan moral sudah diajarkan bagaimana adab yang baik buang hajat, termasuk "kencing". Alangkah indahnya hidup ini jika mapu menjadi pribadi yang baik dan panutan bagi orang-orang di sekitar kita.

  • Berdoa

Setiap kegiatan apapun pastinya didahului dengan berdoa. Sebelum dan sesudah melakukan aktifitas ada baiknya kita sempatkan untuk selalu berdoa. Sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sebangun dari tidur mungkin akrab dari kehidupan, tapi jangan lupakan juga berdoa sebelum buang air kecil. Bagi seorang muslim lafal doa masuk WC adalah"Allahumma inni a'uudzubika minal khubutsi wal khabaits". Sedangkan ketika keluar mengucapkan lafal "Ghufraanak". Yakin ini hal mudah untuk diamalkan.

  • Langkah Kaki

Dianjurkan untuk menggunakan kaki kiri jika hendak masuk ke toilet, dan kaki kanan ketika hendak keluar. Karena kaki bagian kanan dianjurkan untuk hal yang mulai dibanding sebelah kiri. Begitupun halnya dengan pria, jika memegang dan membasuh kemaluan  hendaknya menggunakan tangan kiri.

  • Tempat

Kita semua tahu bahwa tempat yang lazim digunakan adalah WC/ toilet/ kamar kecil. Tapi mungkin pada beberapa kesempatan hal itu tidak  memungkinkan, maka dianjurkan agar menghindar dari keramaian hingga tidak terlihat oleh orang lain. Karena kita semua tahu bahwa yang kita buang adalah hajat (air seni).

  • Posisi

Posisi ini yang sering menjadi kebiasaan pria keliru dalam poisis buang air kecil. Sebagian memang memperbolehkannya dengan berdiri, tapi lebih afhdal-nya adalah dalam posisi duduk. Selain itu ada alasan media yang mengatakan bahwa posisi duduk lebih aman daripada berdiri. Posisi duduk mengefektifkan seluruh air seni keluar sempurna. Untuk wanita tentu tidak mungkin dalam posisi berdiri karena struktur kelamin yang berbeda. Bagi ummat muslim, ditambah dengan larangan untuk menghadap atau membelakangi arah kiblat.

  • Kebersihan

Setelah buang air kecil hendaknya membasuh kemaluan dengan air atau dalam keseharian disebut "cebok". Selain alasan kesehatan, tentu menghindari resiko merembesnya sisa air seni ke celana dalam. Maka dari itu, ketika bepergian hendaknya membawa bekal air bersih demi antisipasi. Selain itu jangan lupa untuk membersihkan air seni yang menggenang atau percikannya di sekitar toilet.

Itulah mungkin beberapa adab buang air kecil yang bisa saya rumuskan. Semoga bermanfaat untuk saya pribadi dan kita semua, terlebih jika konsistem mengamalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun