Mohon tunggu...
Indra Andrianto
Indra Andrianto Mohon Tunggu... Guru - #MerawatIngat

Penulis Buku Kumpulan Opini #MerawatIngat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merayakan Patah Hati

5 Juli 2023   23:40 Diperbarui: 6 Juli 2023   17:57 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara umum patah hati merupakan metafora yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik hingga sampai penolakan cinta.

Patah hati yang dirasakan terlalu mendalam tanpa ada upaya menguatkan emosional dalam menghadapi kehilangan tentu akan mengakibatkan hal-hal yang tidak kita inginkan,  seperti banyaknya kasus bunuh diri akibat patah hati. Permasalahannya tentu beragam, namun yang paling sering terjadi adalah patah hati  karena ditinggalkan oleh pasangan atau kekasih.

Tim jurnalis Litbang MPI menginformasikan beberapa kasus seperti pada contoh kasus bulan November tahun 2021, youtuber asal Irak berinisial HAM tewas bunuh diri karena ditinggal menikah oleh kekasihnya. Dia mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya. September 2021, Mahasiswi Universitas Hasanuddin Makassar berinisial QA (20 tahun) tewas dalam keadaan gantung diri di salah satu ruangan di rumahnya. Jasad QA ditemukan oleh temannya yang langsung menghubungi pihak kepolisian. 

Oktober 2021, Pemuda di Pemalang berinisial TP (21 tahun) nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Kuat dugaan, TP patah hati karena putus cinta karena dia sempat menceritakan masalah ini kepada tantenya. Mei 2021, Pemuda asal Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor berinisial LRP (23) bunuh diri karena sakit hati setelah diputuskan sang pacar. Dia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di sebuah rumah kosong. Dan masih banyak kasus serupa yang bisa pembaca temukan sendiri di berbagai media informasi.

Perlu kita pahami bersama bahwa esensi hidup di dunia tidak ada yang kekal, kecuali perbuatan baik atau amal manusia. Orang yang kita sayang kemarin, bisa jadi suatu saat akan berubah. Dan kita tahu apa? apapun jenis kecewa dan patah hati yang kita rasakan hidup akan terus berjalan (hukum semesta). Terkadang kita tidak sadar sedang berharap kepada orang yang tidak bisa diharapkan. Andai kita bertemu dengan aliran helenisme dari Elea atau wejangan Gus Baha dari kanal-kanal youtube yang diunggah oleh santrinya, sudah pasti isinya akan membawa setiap orang yang mengalami depresi akibat patah hati menuju pada kesadaran dan keikhlasan. Sebab sifat suka berharap pada manusia bukanlah jalan menuju kebahagiaan. 

Tokoh sekaliber Imam Syafi'i saja pernah berpesan jika seseorang terlalu berharap pada manusia dia akan ditimpa pedihnya harapan. Percayalah, bahwa apa pun yang mungkin menyakiti kita kemarin pada akhirnya akan membuat diri semakin lebih kuat (selama itu yakin). Merayakan patah hati dan kekecewaan dengan berusaha menjadi insan yang lebih baik sudah pasti akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan daripada larut dengan dengan kegalauan atau memupuk harapan kepada orang yang kurang tepat. 

Tidak usah berlama-lama gundah gulana dalam berpatah hati karena hilangnya orang yang telah meninggalkan dan menyakiti hati. Bukankah setiap kali hati yang hancur, pintu terbuka untuk dunia yang penuh dengan permulaan baru, peluang baru, dan bukankah Tuhan selalu menyiapkan rencana lebih baik daripada rencana manusia? Selamat merayakan patah hati sebagai pengingat tentang bagaimana dunia mendidik jalan hidup setiap diri manusia. Jika setiap orang patah hati berani mengucapkan selamat tinggal, kehidupan akan memberikan mereka hadiah berupa lembaran baru bukankah begitu kata Paulo Coelho dalam cakap-cakap bohongnya. Jadi,  ubahlah pola pikir kita dalam menyikapi patah hati dan selamat merayakan dengan hal-hal yang lebih baik untuk membuktikan bahwa bahagia ada pada diri sendiri bukan tergantung pada keberadaan orang lain (stoicisme).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun