Mohon tunggu...
Indra Andrianto
Indra Andrianto Mohon Tunggu... Guru - #MerawatIngat

Penulis Buku Kumpulan Opini #MerawatIngat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Love Sembilan Belas Detik: Bodo Amat!

21 November 2020   22:10 Diperbarui: 6 Juli 2023   21:26 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana sebagai manusia untuk memiliki sikap bodo amat terhadap hal-hal yang seharusnya diabaikan. Kasus video syur ini tentu ada petugas yang akan menangani, tugas kita sebagai masyarakat harus lebih cerdas untuk menyikapi,  apalagi hampir setiap media menjadikan video sembilan belas detik tersebut sebagai headline hingga menjadikan banjir tanggapan.

Dalam buku Mark Manson ada lima hal yang bisa kita petik hikmah dibalik situasi hati ini. Pertama, kita berhak untuk bahagia. Kedua, kita jangan terlalu fokus pada hal-hal yang seharusnya bisa diabaikan. Ketiga,  tahu atas apa yang seharusnya layak dipedulikan.

Keempat, harusnya kita lebih fokus pada hal yang lebih penting.  Kelima,  Kita akan menjadi baik-baik saja ketika kita sudah bisa membaca mana hal penting untuk tanggapi atau sebaliknya hal tidak penting yang seharusnya tidak terlalu penting untuk ditanggapi.

Diantara lima makna yang dapat dimaknai dalam buku tersebut jika dikaitkan dengan konteks aktual saat ini,  video berdurasi sembilan belas detik yang ramai diperbincangkan justru sangat tidak memiliki urgensi yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak,  ataupun apabila ditanggapi serius akan apakah berpengaruh atas nasib orang banyak? 

Di Amerika pernah terjadi skandal kasus serupa tentang pornografi yaitu atlet bassbal terkenal, siapa yang tidak kenal Tiger Woods, bahkan dirinya lebih populer daripada orang yang diduga mirip dengan video syur 19 detik itu.

Namun, masyarakat USA tidak terlalu fokus dalam menanggapi hal tersebut dan lebih menyerahkan pada pihak yang berwenang.  Tentunya masyarkat Amerika sudah memahami mana hal penting yang  mendesak untuk dipentingkan dan mana hal yang tidak mendesak untuk dipentingkan. 

"Saat kita terlalu peduli pada hal-hal yang seharusnya diabaikan, kita menghabiskan banyak waktu untuk lari dari masalah kita daripada berdamai dengan masalah itu sendiri," - Mark Manson (The Subtle Art of Not Giving A F-ck)

Menjaga Kewarasan Publik 

Sebuah seni hidup untuk tetap menjaga waras. Waras dalam artian sehat berpikir pada akal sehat manusia. Dari sekian headline media yang menampilkan berita video berdurasi sembilan belas detik dengan berbagai judul yang sungguh luar biasa wah, hingga mampu menarik minat untuk membaca dan berkomentar yang includenya menimbulkan persepsi ataupun stigma negatif atas apa yang telah dia baca (resiko menimbulkan kekeruhan opini publik).

Media memiliki tugas sebagai media mencerdaskan dan mendidik dalam menyampaikan fakta-fakta, baik berupa data maupun hal lainnya terkait informasi yang akan disampaiakan pada masyarakat.  Jangan sampai media berubah tupoksinya dengan hanya mencari viewiers dan sensasi dalam penyampaian informasi. 

Media dalam konteks penyampaian berita khususnya pemberitaan video sembilan belas detik sangatlah besar pengaruhnya dalam menjaga kewarasan publik. Kekhawatiran yang penulis maksud penulis disini bahwa media tidak lagi mampu melahirkan empati terhadap peristiwa yang terjadi, hingga opini publik menjadi liar dan sangat tidak terkontrol satu sisi hal tersebut sungguh tidak manusiawi bagi yang tertuduh ataupun yang diduga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun