Mohon tunggu...
Indra Andrianto
Indra Andrianto Mohon Tunggu... Guru - #MerawatIngat

Penulis Buku Kumpulan Opini #MerawatIngat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila: Keberagaman dan Toleransi

24 November 2017   13:38 Diperbarui: 8 Juli 2023   00:06 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"hanya di Bali orang muslim sholat idul Fitri dan Idul adha yang jaga Pecalang dari orang Hindu, Hanya di Bali Orang Hindu menyambut Nyepi yang menggotong Ogoh-ogoh sebagian Orang Muslim" - Prof. Dr.  I Made Yudana

" Wahai sodaraku umat Muslim Sholatlah dengan Khusu' dan Khidmat, biar diluar kami (pecalang) yang menjagamu dari Gangguan Syaiton yang terkutuk"  - Prof. Dr. I Made Yudana 

Akhir-akhir ini negara Indonesia sering mengalami carut marut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlihat dari kondisi masyarakat Indonesia yang sering mengalami semisal konflik primordial atapun konflik horizontal di beberapa daerah sehingga bukan tidak mungkin jika konflik semacam ini tidak menemukan solusi tepat maka sudah pasti NKRI diambang perpecahan.

Beberapa konflik agama, golongan, kesukuan bahkan merembet pada bentrok antar generasi penerus bangsa di tingkat pelajar merupakan suatu bukti bahwa bangsa kita sudah lupa akan keberadaan Pancasila yang secara pengertian dasar yakni "Pancasila sebagai Dasar Negara, Pancasila Sebagai Pandangan Hidup, Pancasila sebagai Filsafat bangsa dan Pancasila sebagai Modus (siasat)" pandangan ini tertulis dalam buku karangan Prof. Dr. Ketut Ridjin Pendidikan Pancasila. Saat era Orde Baru tentu pancasila cukup ditekankan dengan pemahaman P4 bahkan butir-butir dalam pancasila di tingkat sekolah wajib tahu dan memahami, tentu tidak hanya sekedar dihafalkan saja tetapi bagaimana kita menghayati dan mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi bangsa yang sesuai dengan cita-cita pancasila yaitu masyarakat yang Pancasilais.

Baca juga: Jangan Lupa Bahagia

Saat mengikuti seminar nasional di Universitas Pendidikan Ganesha yang dipanitia oleh mahasiswa PPKn dengan mengundang pemateri seperti Dr. Aqom (Dekan Filsafat UGM), Prof. Dr. Yudana (Rektor Panshopia). Dalam seminar tersebut sempat menjadi perbincangan seru dari ketiga narasumber tersebut terkait keberadaan pancasila dalam menjaga ketahanan nasional.

Dr. Aqom sebagai pemateri dari Jogja menyampaikan bahwa di Universitas Gadjah Mada kedatangan 40 Mahasiswa dari negara sakura Jepang untuk meneliti Pancasila, betapa menjadi sorot Pancasila sebagai sebuah Ideologi di mata Internasional karena Ideologi ini mampu menyatukan banyaknya perbedaan dalam NKRI, tak heran jika mahasiswa dari Jepang tersebut timbul kekaguman karena di Jepang sendiri hanya terdiri dari 2 suku saja tetapi masih sering ada keributan secara Internal problem.

Berbeda di Indonesia lebih dari 500 suku berbeda agama pula minim sekali terjadi gesekan konflik primordial maka ini yang menjadi fokus rule model dalam pencapaian mahasiswa tersebut yang nantinya menjadi bekal untuk masalah negaranya di jepang, dalam benak saya tentu bangga sekali kita punya Pancasila sebagai Ideologi dan sebaliknya sangat kecewa jika Pancasila hanya dimaknai dengan menghafal ke-5 dasar silanya apalagi sampai tidak tahu apa itu Pancasila.

Yang lebih parah lagi bangsa kita termakan umpan provokasi yang dilabeli suatu agama dengan menaruh kebencian terhadap Pancasila yang dianggap sebuah agama baru yang kufur (kafir) bahkan tak jarang banyak kalangan Ekstrimis radikal yang mengancam ketahanan nasional mengatakan bahwa Pancasila adalah produk kaum Liberalisme dan Komunis yang tidak sejalan dengan konsep suatu agama Islam, ini murni sebuah propaganda yang sasarannya masyarakat awam namun bagi mereka yang mengetahui Pancasila hingga penghayatan dan penerapan yang dianjurkan dalam butir-butir Pancasila tidak akan mudah terprovokasi karena Pancasila menjawab dengan Kompleksitasnya mulai dari tataran Sprilitualitas Religius sampai sosialnya dan di Islam sendiri ada Hablum Minannas dan Hablum minallah.

Pertanyaannya dari sudut mana kaum ekstrimis Radikal menhgatakan Pancasila tidak sesuai dengan ajaran Islam ? ini perlu perhatian Khusus bagi pemerintah agar fokus terhadap doktrin radikal yang menjangkit sebagian bangsa Indonesia karena kalau dibiarkan begitu saja maka negari ini diambang perpecahan. Berbeda lagi dengan Penyampaian yang disampaikan oleh Prof. Dr. Yudana M,Pd rektor Panshopia yang asli orang Baliage menuturkan pesan oleh-oleh dari Bali tentang makna Keberagaman dalam Pancasila dengan mencontohkan interaksi sosial dalam keberagaman bingkai Pancasila " hanya di Bali orang muslim sholat idul Fitri dan Idul adha yang jaga Pecalang dari orang Hindu, Hanya di Bali Orang Hindu menyambut Nyepi yang menggotong Ogoh-ogoh sebagian Orang Muslim" tentu hal ini mencerminkan jiwa dan sikap Toleransi yang tinggi sebagai suatu ajaran Pancasila dengn Bhiennika Tunggal Ika nya.

Yang membuat haru adalah saat Prof. Dr. Yudana M,Pd juga menyampaikan dengan penuturan gambaran toleransi di Bali dengan mengatakan "Wahai sodaraku umat Muslim Sholatlah dengan Khusu' dan Khidmat, biar diluar kami (pecalang) yang menjagamu dari Gangguan Syaiton yang terkutuk" dalam hati ini bergetar mendengar ilustrasi yang disampaikan oleh Prof. Yudana, betapa Bali sebagai miniatur Keberagaman yang ideal, antara agama satu dan agama yang lain saling rangkul bahu membahu. Jika dimaknai arti kehadiran Pancasila itu sendiri maka yang akan terjadi adalah kedamaian dan ketentraman seperti yang Prof. Dr. Yudana sampaikan melalui penuturannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun