KOKI terkenal dari kota hujan bernama Junaedi, hari itu meresmikan restoran cabang di kota Frankfurt. Dua hari lalu, meresmikan restoran cabang di Berlin.Â
Dua kota di negeri panzer, kini memiliki restoran bercita rasa Nusantara. Diaspora atau warga Indonesia di Jerman tak perlu resah karena rindu masakan rumah.Â
"Fira, nanti kita mampir dulu di Zeil, masa di Eropa tak bawa oleh-oleh. Malu nanti sama Kang Darya," ucap Junaedi.Â
"Dih, aku sudah beli di jalan Charlotten sih. Di raus raus gitu lupa," jawabku.Â
"Oh di Rausch Schokoladenhaus, Fira. Lidahnya agak ditekuk sih," jelasnya.Â
Rombongan kami tak ada waktu untuk berlibur. Maka di sela-sela perjalanan, dari Berlin menuju Frankfurt, kami manfaatkan untuk menikmati suasana Eropa. Benua dimana kami tak pernah bermimpi untuk menginjakkan kaki di sana.Â
Junaedi kembali berkata, "nanti kamu sama Kang Darya kalau ke sini. Mesti ke Eisener Steg, katanya romantis," ucap Junaedi.Â
"Kita mah guling guling di kebun raya Bogor aja sudah romantis, Bos," jawabku.
Junaedi merintis usaha restoran sekitar empat belas tahun lalu. Aku ingat, saat itu hanya ada tiga pegawai di warung tenda di pinggiran kota Bogor. Itu adalah cikal bakal dari restoran Jundo, dan saat ini memiliki lebih dari 200 cabang di seluruh dunia.Â
Satu dari tiga pegawai itu adalah aku. Pelayan sekaligus tukang cuci piring paling setia. Naik pangkat menjadi kasir, dan saat ini menjabat manager keuangan jaringan restoran Jundo.Â