Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Hari Terlapar Sedunia" dan Sisa Makanan yang Terbuang Percuma

10 Desember 2020   23:38 Diperbarui: 12 Desember 2020   09:53 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pixabay

Mulut harus menghormati perut, makan secukupnya dan nikmatilah santapan sewajarnya.

TIDAK semua anak pernah mendengarkan dongeng tentang Dewi Sri, yang akan menangis jika anak-anak menyisakan sebutir nasi di atas piring. 

Dan tidak semua anak mendapatkan tausiyah tentang kerugian, bagi tindakan mubazir pada nikmat Tuhan yang terbuang percuma.

Namun kita bisa memulai dari diri sendiri, tentang pentingnya menjaga perut dari ego, mulut dan lidah yang terkadang tak sesuai dengan kapasitas perut kita masing-masing.

Kisah "hari terlapar sedunia" bisa kita temui dalam kehidupan sosial sehari-hari, merujuk pada tindakan seseorang atau kelompok yang bernafsu makan tinggi, namun kurang sadar akan kapasitas perut masing-masing.

Berikut, dua kisah menarik yang bisa kita ambil sebagai bahan pembelajaran.

Kisah Pertama

Seorang teman, suatu ketika pada sebuah perjamuan di perusahaan kami, pernah sampai memuntahkan makanan dan setelahnya ia kembali memesan sajian makanan lainnya.

Alasannya sederhana, karena tak setiap hari dia dapat memesan dan menikmati menu makanan asing yang harganya lumayan tinggi. Harga satu porsinya setara 50% UMR ibu kota.

Miris sekaligus heran, dari mana perilaku tersebut dia pelajari. Hak perut menerima nutrisi diabaikan begitu saja hanya untuk kepuasan mulut dan laman medsos.

Memang, dengan begitu tak sedikit pun tersisa makanan di atas piring. Faktanya, tetap saja makanan tersebut terbuang percuma di tempat lain.

Kebutuhan asupan nutrisi/kalori manusia per hari sangat variatif, tergantung aktivitas apa yang sudah dilakukan dan bagaimana kondisi metabolisme tubuhnya masing-masing.

Merujuk dari hellosehat, kebutuhan kalori Anda setiap hari adalah 2000 kalori, dengan kebutuhan karbohidrat sebanyak 325 gram, protein 75 gram, dan lemak 44 gram dalam sehari.

Ini setara dengan tiga piring nasi, 3 potong dada ayam dan 3 porsi kacang-kacangan atau makanan yang mengandung lemak. Belum lagi vitamin yang terdapat pada buah-buahan dan sayur mayur.

Makan sehari tiga kali, adalah jumlah ideal bagi kita yang beraktivitas di luar rumah selama 8 jam atau lebih. 

Tiga piring di atas sesuai dengan pola makan kita sehari-hari, jangan memaksakan diri untuk mencoba pola makan orang lain. Tanpa dapat memastikan, apakah kondisi perut kita masih cukup menampungnya.

Contohnya, jika kita terbiasa makan di kedai makan cepat saji ternama, sebut saja KF* atau CF* dsb.

Kemudian kita mencoba makan di warung Tegal atau rumah makan Padang, dan berpikir kita bisa menghabiskan porsi nasi yang disajikan. 

Maka yakinlah, sebenarnya kita tengah melakukan tindakan mubazir dan membuka lebar-lebar kantong sampah untuk sisa nasi yang tak ternikmati.

Tipsnya sederhana, pesan setengah porsi saja.

Kisah Kedua

Pesta ulang tahun, seharusnya menjadi sarana perenungan atas nikmat umur yang masih bisa kita jalani hingga saat ini.

Namun, dapat juga disyukuri dengan cara berbagi kenikmatan kuliner bersama keluarga, kerabat, dan sahabat di meja makan.

Seorang manajer senior, tengah berulang tahun dan merayakan dengan membawa seluruh staff kantornya ke sebuah restoran Korea.

Mereka menggeser jam makan siang dari pukul 12.00 hingga pukul 13.00, hanya untuk makan bersama. Tanpa mengorbankan jam kerja di hari Sabtu.

Bagi penggila K- drama mungkin tak asing dengan kimchi dan makanan Korea lainnya.

Beberapa staff yang penasaran, pada menu-menu yang biasa di dengar pada layar K drama pun memesan menu tersebut dan hasilnya zonk. Sebagian dari staff yang memesan menu tersebut, dapat beradaptasi dengan citarasa asing. Namun untuk sebagian lainnya, itu adalah petaka.

Alhasil, bertumpuk piring di restoran tersebut dengan sisa makanan yang nyaris utuh.

Tipsnya padahal sederhana, mintalah sample makanan untuk dicicipi, sebelum melakukan order.

Baiknya kita bijak dalam memesan makanan, karena selapar apapun kita, toh logika harus tetap digunakan.

Bukankah lebih baik memesan makanan yang familiar dengan lidah dan menikmati kebersamaan dengan perut yang kenyang.

Jika merasa terlalu naif untuk merenungi bahwa, "sisa makanan yang terbuang oleh kita, bisa jadi sangat bermanfaat untuk orang lain."

Maka cobalah analogikan, bagaimana jika sisa makanan tersebut, adalah sejumlah uang yang terbuang percuma ke dalam tong sampah dan merugikan diri kita sendiri.

Makan banyak tak ada salahnya, apalagi dinikmati bersama-sama dan pastinya sesuai dengan kapasitas kantong dan perut kita.

Banyak banyak makan jangan ada sisa
Ayo makan bersama. 

- Pak Kasur.

Indra Rahadian (12/10)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun