Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Terpilihnya "Hawkeye" sebagai Pengganti Lopetegui di Real Madrid

30 Oktober 2018   10:42 Diperbarui: 30 Oktober 2018   11:52 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santiago Solari | gettyimages

Kebanyakan orang menganggap bahwa gol indah dari Zidane di laga final tersebut berasal dari umpan manis seorang Roberto Carlos, namun peran seorang Solari-lah yang membuat full back Brasil itu mengirim umpan ke kotak penalti Leverkusen.

Umpan chip Solari mengelabui pemain Bayer Leverkusen yang terlanjur terpaku pada pergerakan Zidane dan Raul, hingga tak sadar Carlos meringsek masuk dari sisi kiri. Sayangnya kemudian sejumlah highlight pertandingan hanya menyoroti saat Carlos memberi umpan ke Zidane.

Pada laga itu juga, insting Solari sebagai pemain yang bisa ditempatkan sebagai penjaga ritme permainan mampu menghalau tangguhnya gelandang Leverkusen yang dikomandoi oleh Michael Ballack. Meski kemudian El Real bisa meraih gelar Liga Champions, Solari tetap berada di halaman belakang, cover jadi milik Zidane, Raul atau Roberto Carlos yang memberi dua assist.

Peran Solari di musim 2001/02 tak hanya di laga final itu, jika merunut ke belakang, ia juga menjadi bagian penting saat Real Madrid melakoni laga berat melawan Manchester United di Old Trafford. Ia menjadi otak dibalik gol Ronaldo de Lima pada menit ke-67, gol yang meruntuhkan mental David Beckham cs.

Setelah mempersembahkan 2 gelar La Liga, 2 gelar Supercopa de Espana, 1 Champions League, 1 Super Cup Eropa, dan 1 Piala Dunia Antarklub, Solari kemudian hijrah ke Serie A Italia dan bermain untuk Inter Milan. Main 3 musim di Italia dan mempersembahkan 3 Scudetto, ia pulang ke Argentina, bemain untuk San Lorenzo. Solari lalu memutuskan untuk gantung sepatu di klub besar Uruguay, Penarol.

****

Lepas jadi pemain, Solari coba peruntungan sebagai pelatih. Tak banyak lampur sorot yang diarahkan kepadanya. Ia tetap dianggap sebagai pemain lapis kedua yang coba raih masa jaya di bidang berbeda, sebagai pelatih sepakbola.

Pada 2013, ia didapuk untuk menjadi tim yunior Real Madrid. Klub merasa bahwa sebagai seorang pemain, Solari ialah sosok yang bisa mengoptimalkan dan mencari bibit muda untuk Real Madrid di masa yang akan datang.

Bagi klub, Solari memiliki kemampuan di luar manajerial kepelatihan, yakni kemampuannya dalam urusan teknis bermain sepakbola. Hal itu yang dibutuhkan seseorang saat dipercaya jadi tim junior.

Sebagai pemain spesialis sisi kiri, Solari mampu ditempatkan sebagai full back kiri misalnya saat Roberto Carlos tengah berada di bawah perfomance. Tugasnya menjadi full back kiri dijalani dengan bagus, pengalaman ini yang menjadi pelajaran berharga untuk pemain di level junior untuk mampu ditempatkan di posisi berbeda.

Dalam urusan dribble, seperti dikutip dari managingmadrid.com, Solari memiliki keahlian mengolah bola selayaknya pemain dari Argentina. Gocekan khas tarian Tango. Sedangkan di urusan menggunakan kaki kiri, Solari mampu menggeser tubuhnya yang tinggi dan kurus saat menendang bola hinga arah bola sangat sulit dibaca bek lawan, hal itu terlihat dari umpan manisnya ke Roberto Carlos di final Liga Champions.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun