Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumbang Tapi Benar - Kesaksian 1 Oktober 1965

29 September 2012   13:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:29 4568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

P: Lalu bagaimana dengan isu the local friend army?

J: Pada akhir Mei 1965, dokumen rahasia yang dikirim Dubes Inggris ke Kementerian Luar Negeri Inggris berisi armada laut Inggris akan menyerang Indonesia dengan bantuan tentara teman kita di Indonesia. Dokumen ini, menurut saya sebagai seorang intelejen, memang otentik (A1). Saya melihat adanya perbedaan mengenai cara penulisan. Di dokumen berbentuk telegram itu tertulis the local friend army dengan tulisan tangan. Menurut saya tulisan tangan “the local friend army” sangat tidak otentik.

P: Apa peran saudara di dalam peristiwa 65?

J: Saya sebagai pejabat Intel Angkatan Udara mendapatkan perintah dari KASAU Omar Dhani untuk mencari tahu mengenai peristiwa tersebut kepada Brigjen Supardjo. Apa yang sedang terjadi? Tujuan dari peristiwa tersebut? Seperti apa situasi terakhirnya? Namun, nama saya malah dikaitkan dengan Dewan Revolusi sehari setelah penculikan para jenderal di bawah pimpinan Letkol Untung dan wakilnya Brigjen Supardjo. Saya sendiri di hukum selama 15 tahun. Dua tahun di Ciamis bersama dengan anggota Politbiro CC PKI Sudisman. Tanpa satu hari pun saya mengurangi hukuman tersebut.

P: Bagaimana tanggapan bapak mengenai pembunuhan massal tanpa proses peradilan terhadap mereka yang dituduhkan terlibat dengan PKI dan peristiwa 1965?

J: Ribuan orang terbunuh pada masa itu. Oleh partai berkuasa di negara ini tidak menjadi persoalan. Saya pernah bertemu dengan anggota masyarakat Eropa. Mereka beranggapan tindakan militer Indonesia benar dan yang salah apanya! Coba mau ngomong apa kalau sudah begitu. Saya sendiri salah apa di hukum sampai 15 tahun. Saya menjalankan tanggung jawab dan perintah negara!! Sedangkan, tindakan militer membunuh ratusan juta rakyat Indonesia pada tahun 1965 dibenarkan oleh penguasa Indonesia sejak zaman Soeharto sampai sekarang. Ini adalah bentuk pelanggaran HAM terbesar dalam negara ini dan dibiarkan.

P: Apa harapan bapak terhadap negara atas penyelesaian kasus pembunuhan massal (genosida) 1965?

J: Konsep pembunuhan massal sudah jelas. Jangan melihat peristiwa 1965 dari 30 September tapi harus dilihat backgroundnya CIA. Terjadinya pembantaian tidak mempunyai tempat dalam hal perikemanusian. Pelakunya harus dihukum sekarang atau besok. Terhadap hal ini tidak dituntut waktu. Di Jerman, kejahatan Nazi masih bisa diperadilkan. Tidak dibenarkan menghilangkan hak hidup seseorang. Manusia lahir untuk hidup, untuk bekerja, dan lain-lain. Penghilangan hak ini secara paksa dan tidak manusiawi adalah bentuk pelanggaran HAM berat. Selama bukan korban yang mengurusi hal ini, tidak akan pernah tuntas kasus pelanggaran HAM itu. Contohnya kasus Aprteheid di Afrika Selatan. Semenjak korban (Nelson Mandela) menggugat, kasus tersebut dapat dituntaskan.

http://bingkaimerah-indonesia.blogspot.com/2009/10/sumbang-tapi-benar-kesaksian-1-oktober.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun