Mohon tunggu...
Lyfe

Keroposnya Pondasi Bangsa

16 Februari 2017   02:55 Diperbarui: 16 Februari 2017   03:25 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”, setidaknya itulah ucapan Soekarno tentang betapa berharganya pemuda. Baik buruknya sebuah bangsa dinilai dari kualitas pemudanya, dimana pemuda memegang peranan penting bagi bangsa. Pemuda ibarat jantung untuk sebuah bangsa. Jika jantung kita berhenti berdetak maka aliran darah akan berhenti tertompa ke seluruh tubuh begitupun dengan pemuda, jika pemuda sudah hilang gairahnya maka sebuah bangsa juga akan kehilangan gairah.

Dalam sejarah yang pernah tercatat oleh bangsa ini pemuda selalu mempunyai peranan penting dalam perubahan bangsa ini menjadi lebih baik. Dimulai dari tahun 1908 dimana pada saat itu berkumpulah sekelompok pemuda yang mendeklarasikan diri mereka untuk berjuang demi bangsa ini. Lalu berlanjut ke pelengseran rezim orde lama, kemudian orde baru. Diantara semua peristiwa yang menjadi sebuah titik balik bangsa ini pasti sosok pemuda merupakan sosok yang paling vital.

Gambaran pemuda yang kreatif, unggul, bergairah, semangat berapi-api, dan motivasi tinggi ternyata sudah sangat sulit ditemukan di era saat ini. Bahkan makna pemuda secara etimologi sudah berubah dari yang dulunya “pemuda” sekarang lebih ke “remaja”. Hal ini merpakan buntut dari depolitisasi oleh pemerintahan orde baru terhadap bangsa ini. Disinilah pemuda menjadi massa yang sangat riskan. Pemuda menjadi kelompok yang seringkali “galau”.

Jika dimasa lalu pemuda identik dengan perjuangan kebangsaan yang memperjuangkan hak-hak rakyat dan berani menentang rezim yang salah saat ini pemuda lebih banyak mementingkan urusan pribadi. Pemuda lebih memilih menjadi “kupu-kupu” (kuliah pulang kuliah pulang) dimana yang seharusnya mereka dapat menempatkan diri mereka menjadi pioner rakyat untuk menentang rezim cacat. Disaat rakyat menderita pemuda lebih memilih belajar untuk kepentingan masa depan mereka. Padahal apa yang bias kita dapatkan jika rezim cacat tetap memimpin sebuah bangsa yang “seharusnya” demokratis.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang sudah disumpahkan oleh pendahulu kita dahulu pada 28 September 1908 yang bersumpah semua jiwa untuk bangsa ini. Ibarat bangsa adalah sebuah mobil balap kita harus menjadi bahan bakar yang mampu membuat api berkobar memompa panas agar roda semangat bangsa terus berjalan.

Tugas seorang pemuda adalah menjadi pondasi perubahan. Tidak mungkin jika ingin menjadi pondasi perubahan moral pemuda kita masih seperti saat ini. Ibarat sebuah rumah yang dibangun dengan pondasi yang tidak sempurna niscaya rumah tersebut berdiri juga tidak sempurna. Pemuda yang miskin ilmu niscaya akan menjadi sampah akan tetapi pemuda yang miskin moral niscaya dia akan lebih rendah dari sampah. Hal-hal seperti ini jika tidak lekas diperbaiki oleh bangsa kita niscaya akan sangat mudah bangsa kita di pecah belah. 

Sebagai contoh kita lihat sekarang ini banyak orang yang begitu mudah terpancing emosi karena permasalahan “sepele”. Ini tidak akan terjadi jika pemuda mampu menjalankan peran agent of change dengan baik di sebuah bangsa. Akan tetapi jika pemuda terus bersikap apatis, hedone, liberalis seperti ini bukan tidak mungkin bangsa ini bisa menjadi lebih rendah dari sebuah perkumpulan orang “tolol”.

Oleh sebab itu, sudah selayaknya kita sebagai pioner bangsa, ujung tombak bangsa dan pondasi bangsa untuk bisa menerapkan dan mempelajari bagaimana selayaknya menjadi pemuda yang sebenarnya. Kita perlu untuk lebih tahu bahwa kita hidup didunia ini tidak lepas dari sejarah, seperti yang dikatakan Soekarno “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah”.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun