Mohon tunggu...
Indira Ginanti
Indira Ginanti Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Isi kepala kita terkadang lebih ramai daripada apa yang terlihat di wajah kita. Tuangkanlah dengan menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

"Ngemis Online", Term yang Disematkan Kelompok Dominan

30 Januari 2023   14:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   09:30 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi pembuatan konten mandi lumpur Live tiktok(KOMPAS.COM/IDHAM KHALID)

Sebagai contoh, di Indonesia ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Pengaruh hukum Islam terhadap hukum di Indonesia tidak bisa dipungkiri banyaknya. 

Misalnya zina yang merupakan perbuatan haram dalam hukum Islam. Karena perbuatan tersebut adalah perbuatan terlarang dalam hukum Islam dan mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, maka perbuatan zina dianggap terlarang dan dicantumkan dalam undang-undang pidana. 

Kata "zina" dipengaruhi oleh bahasa kitab umat Islam, Quran, yang menggunakan bahasa Arab. Kata "zina" sendiri dipakai untuk melambangkan persetubuhan di luar nikah dan merupakan perbuatan tercela serta hina. 

Kata "zina" memiliki konotasi negatif, sehingga pelaku zina akan merasa malu dengan perbuatan tersebut karena dipandang jelek oleh mayoritas orang. Jadi kata "zina" dianggap sebuah contoh bahasa dominasi dari kelompok mayoritas.

Bahasa dominasi yang digunakan penguasa bisa ditemukan pada Orde Baru. Dalam Rokhman dan Surahmat (2016) dijelaskan bahwa Soeharto menekankan kata "prasejahtera" untuk menggantikan kata "miskin". 

Kata "miskin" memiliki konotasi kata yang negatif, dan kata tersebut melambangkan bentuk lain seperti fakir, melarat, dan  papa. Kata "prasejahtera" bermakna "dalam keadaan belum mencapai kesejahteraan". 

Penggunaan kata tersebut bertujuan untuk memberikan efek eufemisme terhadap kata "miskin" yang berkonotasi negatif tersebut.

Hal ini digunakan untuk menumbuhkan kesan bahwa pada masa Orde Baru Soeharto berhasil mengatasi kemiskinan dengan jarangnya digunakan kata "miskin" tersebut.

Orang-orang pintar cenderung menggunakan bahasa akademik untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah kaum terpelajar dan mampu berpikir kritis. 

Dengan seringnya orang-orang menggunakan bahasa akademik ini, akhirnya mulailah timbul kepercayaan bahwa orang tersebut bisa diandalkan dan dapat dipercaya. 

Dengan kepercayaan yang telah didapatkan, maka orang-orang berpendidikan tersebut mampu menggerakkan massa untuk ikut berpikir lebih kritis atau setidaknya memberikan solusi dalam suatu permasalahan dalam masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun