Mohon tunggu...
Indi Ayu Putri
Indi Ayu Putri Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writter

Sosial media bukan tempat yang tepat untuk menilai kepribadian seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Trust vs Mistrust pada Bayi, Apakah Mereka Bisa Dibohongi?

14 Oktober 2021   00:16 Diperbarui: 14 Oktober 2021   02:51 8381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah lahir ke dunia, bayi masuk ke dalam tahap psikososial dengan rentang usia 0-2 tahun. Pada fase ini, Erik Erikson mengatakan inilah fase Trust vs. Mistrust pada bayi mulai terjadi. Trust vs Mistrust adalah kepercayaan dan kecurigaan yang diciptakan oleh pengalaman berulang, atau yang terjadi terus menerus.

Di tengah dunia yang sudah banyak diisi oleh orang-orang berintelektual tinggi, nyatanya masih ada sebagian orang yang berasumsi bahwa bayi hanyalah makhluk kecil nan lucu yang tidak mengerti apa-apa. Tentu ini salah besar. Kesalahan ini menjadikan orang yang berasumsi seperti tadi merasa tidak bersalah saat membohongi bayi.

Ah, kan masih bayi. Mana mungkin mereka ngerti.

Begitu kiranya ujar mereka, orang-orang yang tak paham. Banyak sekali care giver serta orang tua yang terbiasa membohongi bayinya untuk urusan-urusan yang sepele. Mereka mengakali bayi karena menganggap bayi tidak mengerti, atau sekadar seru-seruan. 

Satu yang luput dari perhatian mereka terkait hal ini, baby take it seriously.

Contoh sikap membohongi pada bayi bisa dilihat dari hal-hal kecil. Misalnya, menyuapi bayi dengan memperlihatkan makanan menarik seperti kerupuk warna-warni yang mengundang perhatian supaya si bayi mau membuka mulut. Namun, yang disuapi ternyata bubur. 

Atau, berkata sebentar padahal lama. Berkata hanya pergi ke rumah tetangga padahal berangkat kerja. Atau bisa pula, mengalihkan perhatian bayi tanpa memerhatikan emosinya.

Kiranya hal ini terkesan lazim bahkan dinormalisasi. Trik-trik ajaib orang tua dan care giver ini memang ampuh, namun keliru. Sayangnya, manusia cenderung nyaman dan biasa saja saat berbuat kesalahan asalkan banyak yang melakukan, namun malah merasa takut saat melakukan hal benar tapi sendirian.

Begitulah mengapa pola asuh yang salah dapat bertahan turun-temurun, karena banyak yang menerima keselahan tersebut. Hingga akhirnya, pola asuh yang salah ini bisa dinormalisasi dengan dalih, "orang tua jaman dulu sudah begitu."

Membohongi bayi dan prank akal-akalan ini bisa berdampak pada tumbuh kembangnya. Analoginya, bayi sebagai new comer di dunia tentu masih takut dan bergantung kepada kedua orang tua atau pengasuhnya. Orang tua atau pengasuh ini menjadi pihak yang paling ia percaya tentunya. Apa jadinya jika orang tuanya sendiri suka membohongi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun