Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Manusia Pra Aksara

8 November 2023   20:54 Diperbarui: 8 November 2023   21:07 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita merujuk manusia pra aksara secara pasti ingatannya menuju kepada manusia yang hidup pada masa lalu. Mereka dikenal dalam pelajaran sejarah khususnya dengan sebutan manusia jenis phitecantropus erectus, megantropus paleojavanicus, homo sapiens. Kehidupan mereka kebanyakan beraktifitas di pinggir sungai, hutan dalam rangka mempertahankan hidupnya.

Tentunya pola kehidupan yang dijalani antara manusa pra aksara dengan manusia saat ini hampirlah sama cuma yang membedakan ruang dan waktu serta keadaan yang menyertainya. Mereka hidup mencari sumber makanan terutama di pinggir sungai, pantai begitu juga dengan manusia zaman sekarang kehidupan di sekitar sungai dan pantai pun masih berlangsung.

Penemuan tulisan pada suatu masa menjadi penanda bahwa pada masa itu kehidupan manusia telah berubah menjadi lebih modern dan memiliki peradaban. Kondisi ini menyebabkan sejarah kehidupan pada masa praaksara dipandang sebelah mata. Seiring dengan banyaknya penemuan peninggalan arkeologis pada masa praaksara, manusia modern mulai menyadari bahwa kehidupan masa praaksara sangat berbudaya dan layak untuk dipelajari. Bahkan, konsep kehidupan masa praaksara kembali dimunculkan dalam kehidupan manusia modern pada saat ini. Konsep tersebut dikenal dengan istilah "back to nature" atau kembali ke alam. Mengingat pentingnya sejarah kehidupan masa praaksara yang sering dikesampingkan.

Masa praaksara adalah sebuah masa di mana manusia belum mengenal tulisan. Masa ini ditandai dengan manusia yang masih menggunakan batu dan logam sebagai teknologinya kala itu. Jadi, masa praaksara terbagi menjadi ke dalam dua zaman, yaitu zaman batu dan juga zaman logam. 

Praaksara atau Nirleka, atau prasejarah sendiri secara harafiah berarti sebelum (pra), dan tulisan (aksara). Ini adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan dan hanya mengandalkan Fosil (sisa makhluk hidup yang telah membatu) dan Artefak (sisa peralatan manusia yang telah membatu) untuk mempelajari kehidupannya. 

Ketergantungan kepada alam sekitar dalam mencari makanan dalam berburu meramu, bercocok tanam, menangkap ikan, mengumpulkan umbi-umbian dalam mempertahankan hidupnya. Tentunya manusia saat ini pun juga sama mereka menangkap ikan,bercocok tanam, mengumpulkan umbi-umbian akan tetapi manusia ini lebih banyak menggunakan teknologi dalam upaya mendukung proses mempertahankan hidupnya. Sehingga hasil tangkapan ikannya dan bercocok tanamnya dapat dipenuhinya untuk keluarga dan masyarakatnya

Pola penggunaan teknologi pada manusia pra aksara sebagai alat bantunya dalam mencari makan, alat bantu dalam berburu, serta mengolah makanan. Penggunaan alat bantu itu tebuat dari batu yang kasar sampai dengan dihaluskan menggunakan bambu yang mudah mereka jumpai di alam bebas. Proses penggunaan alat-alat itu dengan membuat perapian dengan menggesek batu yang memunculkan percikan api, batu yang kasar dengan digenggam untuk memotong. 

Dalam memahami kehidupan masa kini maka kita dapat merujuk peradaban yang dihasilkan pada masa aksara. Teknologi dan peralatan yang masih sangat sederhaha  yang berupa batu-batuan dikenal dengan kapak perimbas, kapak lonjong, kapak genggam. Kemudian ketika teknologi sudah berkembang menjadi zaman logam mereka membuat perkakas dengan yang terbuat logam. Hingga saat ini perkakas dapur yang kita gunakan merupakan hasil produk dari masa pra aksara. Tentunya produk perkakas seperti panca, wajan, sodetan sudah dimodifikasi sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tecnologia” yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata “techne” dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Dari makna harfiah tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani kuno dapat didefinisikan sebagai seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya. Teknologi dapat pula dimaknai sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana melakukan sesuatu” (know-how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya. sumber Silahkan di klik

Di dalam pembuatan perkakas dapur yang bernama gerabah pun memiliki teknologi tersendiri.  Teknologi lain yang dimiliki oleh masyarakat awal Indonesia adalah Teknik Pembuatan Gerabah. Gerabah pada umumnya dibuat untuk digunakan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari. Teknologi pembuatan gerabah ada dua, yaitu teknologi “tatap pelandas” dan teknologi “teknik roda pemutar”. Teknologi tatap pelandas menghasilkan bentuk gerabah yang tidak terlalu halus buatanya, caranya adalah dengan meletakkan tanah liat diatas landasan batu, kemudian gerabah dibentuk dengan mengandalkan keterampilan si pembuat gerabah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Sedangkan teknik roda pemutar, menggunakan landasan yang dapat diputar sehingga lebih cepat membentuk gerabah dan lebih halus buatanya.sumber Silahkan di klik

Artinya peralatan kehidupan berupa teknologi yang sederhana hingga teknologi yang sangat tinggi saat ini merupakan proses dari keberlanjutan, perkembangan dan perubahan dalam sejarah. Tak ada yang secara kebetulan manusia mampu menghasilkan suatu produk teknologi kalau tidak ada yang mendahuluinya. Ada proses dan tahapan dalam menggunakan teknologi sejak zaman prak aksara hingga zaman mileneal saat ini.

Saat ketika mendaki gunung mungkin kita dapat merasakan suatu proses kehidupan masa pra aksara yang memang kehidupannya ada di alam hutan semak belukar. Dalam mendaki gunung pun kita dapat juga menemukan beberapa batuan yang dapat kita gunakan untuk menghasilkan api. Air yang masih jernih dapat kita rasakan dan kita konsumsi dalam proses pendakian. Kemudian ranting pepohonan dapat kita gunakan sebagai alat membuat perapian. 

Menurut R.P. Soejono kata perundagian berasal dari bahasa Bali yaitu “undagi” yang artinya seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampah dan batu. Maka zaman perundagian dalam hal ini dapat diartikan sebagai zaman pada saat manusia sudah mulai mempunyai keahlian tentang teknik pembuatan atau pengecoran bahan-bahan dari logam. Ada beberapa teknologi untuk membuat barang- barang dari logam,yaitu teknik tempa, teknik a cire perdue(cetak lilin/cetak hilang), dan teknik bivalve (setangkup/cetak ulang). Cetak acire perdue bersifat sekali pakai sedangkan cetak bivalve dapatdigunakan berulang ulang.Teknik tempa digunakan lebih banyak untuk menempa logam besi karena teksturnya yang keras dan tahan api. Teknik tempa ini merupakan teknik sederhana yang digunakan manusia pra aksara pada zaman logam.sumber Silahkan di klik

Peradaban manusia pra aksara merupakan proses awal dari lahirnya peradaban masa kini yang memilki dinamika dan persolan kehidupan yang semakin kompleks. Hampir semua produk yang digunakan ada beberapa bagian merupakan peninggalan masa pra aksara yang kemudian berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Alat seperti pisau, golok, pedang, keris merupakan perkembangan dari kapak genggam yang masih kasar berbentuk batu, kemudian ketika manusia mengenal logam dan besi maka mereka mampu membuat pedang, pisau yang sederhana hingga saat ini dengan bentuk yang sudah dimodifikasi.

Ketika perkembangan peradaban yang melekat dalam kehidupan manusia pada lalunya yang kemudian menghasilkan suatu budaya yang merupakan produk dari hasil karsa, karya manusia. Kebudayaan sebagai hasil cipta karya manusia tentu mempunyai bentuk keseluruhan dan unsur-unsur. Unsur-unsur atau bagian-bagian kebudayaan menurut Linton, terbagi atas: 

Pertama Culture Universal misalnya mata pencarian, kesenian, agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan dan sebagainya. 

Kedua. Cultural Activitis (kegiatan-kegiatan kebudayaan) misalnya di dalam mata pencaharian terdapat pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan dan sebagainya. Di dalam kesenian terdapat unsur seni, sastra, lukis, tari, musik, drama, film dan sebagainya.

Ketiga. Traits Complexes, adalah bagian-bagian dari cultural activitis, misalnya di dalam pertanian terdapat irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan sebagainya.

Keempat Traits, adalah bagian-bagian dari traits complexes. Misalnya di dalam sistem pengolahan tanah, terdapat bajak, cangkul, sabit dan lain sebagainya. 

Kelima Items, adalah bagian-bagian di dalam traits. Misalnya di dalam bajak masih terdapat bagian-bagiannya, yakni mata bajak, tangkai bajak, pasangan, kendali dan sebagainya. sumber Silahkan di klik

Unsur kebudayaan menurut Linton diatas dapat dijadikan sebagai patokan dimana kita akan memahami perkembangan kebudayaan manusia. Kehidupan manusia pra aksara yang dilalui dari masa berburu meramu, bercocok tanam hingga mengenal kepercayaan merupakan konstruksi perkembangan kehidupan manusia kala itu. Dengan perkembangan teknologi dan alat kehidupan yang digunakannya ternyata mereka telah mampu membangun peradaban yang dijadikan sebagai alat ukur dalam pola kehidupan saat ini. Manusia berkembang dari homo menjadi human karena kebudayaan dan peradaban yang diciptakannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun