Mohon tunggu...
Indah Sri Wahyunitasari
Indah Sri Wahyunitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama: Indah Sri Wahyunitasari NIM: 43222010105 Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis_Pemikiran David Hume Tentang Etika Politik dan Relevansinya Terhadap Kejahatan Korupsi di Indonesia

15 Desember 2023   00:50 Diperbarui: 15 Desember 2023   02:15 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Itu adalah kesalahan karena Hume dianggap sebagai ateis. Selain itu, Hume menulis ulang karya pertamanya, An Enquiry Concerning Human Understanding dan An Enquiry Concerning the Principles of Morals. Kedua karya ini menandai kematangan filsafat Hume, meskipun tidak begitu sukses secara komersial.

Hume beralih ke menulis esai-esai singkat yang mengkritik agama karena dia merasa kurang berhasil menulis karya filsafat. Selain itu, ia menulis tentang sejarah, yang terkumpul dalam enam jilid buku History of England. Saat menjadi pustakawan di Fakultas Advokat Universitas Edinburgh, dia menulis ini. Setelah menulis sejarah Inggris, Hume tinggal sementara di Perancis, bertemu dan bergaul dengan Jean Jacques Rousseau. Karya sejarah ini ternyata sukses dan memberinya sedikit kekayaan material. Ia kemudian kembali ke Inggris, di mana ia sempat memegang posisi rendah di pemerintahan. Dia juga meninggal karena penyakit usus. Dia menjalani proses dari sakit hingga kematiannya dengan penuh kegembiraan dan kepasrahan a la Stoa. Sampai dia meninggal, dia tetap setia pada keateismeannya dengan penuh kegembiraan.

ISI

Secara umum dianggap sebagai salah satu filsuf terpenting yang menulis dalam bahasa Inggris, David Hume (1711--1776) juga terkenal pada masanya sebagai sejarawan dan penulis esai. Seorang penata gaya ahli dalam genre apa pun, karya filosofis utamanya A Treatise of Human Nature (1739--1740), the Enquiries concerning Human Understanding (1748) dan concerning the Principles of Morals (1751), serta as well as his posthumously published Dialogues concerning Natural Religion (1779) masih berpengaruh secara luas dan mendalam.

Meskipun orang-orang sezaman Hume yang lebih konservatif mengecam tulisannya sebagai karya skeptisisme dan ateisme, pengaruhnya terlihat jelas dalam tulisan filsafat moral dan ekonomi teman dekatnya Adam Smith. Kant melaporkan bahwa karya Hume membangunkannya dari "dogmatic slumbers" ( Prolegomena, Pendahuluan) dan Jeremy Bentham mengatakan bahwa membaca Hume "caused the scales to fall" dari matanya ("A Fragment on Government", bab 1, paragraf 36, catatan kaki 2). Charles Darwin menganggap karyanya sebagai pengaruh utama terhadap teori evolusi. Beragamnya arah yang diambil para penulis dari bacaannya mencerminkan kekayaan sumber mereka dan luasnya empirismenya. Saat ini, para filsuf mengakui Hume sebagai eksponen naturalisme filosofis yang menyeluruh, sebagai pendahulu ilmu kognitif kontemporer, dan sebagai inspirasi bagi beberapa jenis teori etika paling signifikan yang dikembangkan dalam filsafat moral kontemporer.

FILSAFAT MORAL

doc.pribadi
doc.pribadi

Filsafat moral memiliki peran penting dalam membentuk pandangan manusia terhadap tindakan-tindakan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tokoh besar dalam sejarah filsafat moral adalah David Hume, seorang filosof Skotlandia abad ke-18 yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman tentang moralitas. Dalam konteks ini, kita akan mengeksplorasi pandangan David Hume terhadap diskursus korupsi, sebuah fenomena sosial yang melibatkan pelanggaran nilai-nilai moral dan etika.


Hume, dengan pendekatannya yang empiris dan skeptis, memandang bahwa sumber moralitas manusia tidak dapat diisolasi sepenuhnya dari pengalaman dan observasi. Oleh karena itu, untuk memahami fenomena korupsi, perlu dilihat bagaimana pandangan Hume terhadap asal-usul nilai-nilai moral dan bagaimana nilai-nilai tersebut diinternalisasi dalam masyarakat.

Hume berpendapat bahwa rasio bukanlah sumber moral, tetapi emosi. Akal tidak dapat berfungsi sebagai penyebab utama atau satu-satunya dari tindakan kita. Hume bahkan berpendapat jauh lebih jauh, mengatakan, "Akal saja tidak cukup, harus ada unsur yang menyertai emosi, dan unsur ini tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan yang lain lebih dari untuk mematuhi emosi."

Hume menyebutkan beberapa argument yang menguatkan alasannya bahwa akal tidaklah mampu dengan sendirinya untuk menjadi dasar atau sumber dari moral, berikut argumennya:

  • Moral menggerakkan diri kita kepada perbuatan, dan akal tidak menggerakkan diri kita kepadanya.
  • Apa saja yang rasional atau yang tidak rasional tidaklah dapat diaplikasikan kepada perbuatan.
  • Moral tidak dapat dicerap dengan demostratif, ia bukan termasuk pada masalah realita.
  • Kita harus dapat mengenali segala realita perbuatan sebelum berbicara tentang moral.

Berdasarkan beberapa argumen di atas, kiranya dapat dijelaskan bahwa, sama seperti ilmu sains, moral tidak didasarkan pada prinsip-prinsip mutlak, baik dari intuisi maupun demontratif. Moral adalah pengetahuan dasar. Setiap hal yang menarik adalah relatif, terkait dengan ilmu jiwa, dan bergantung pada indra manusia. Untuk mencapai kemaslahatan bersama atau keuntungan yang lebih besar, moral didasarkan pada partisipasi dan empati manusia.

Berdasarkan argument diatas pula, dapat kita hubungkan dalam konteks diskusrsus korupsi, yaitu sebagai berikut:

  • "Moral menggerakkan diri kita kepada perbuatan, dan akal tidak menggerakkan diri kita kepadanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun