Sudah lama saya ingin menulis hal ini. Tepatnya sejak akhir tahun 2023, ketika waktu itu saya jalan-jalan ke Trans Studio Mal Makassar bersama keluarga. Anak sulung saya ribut mengajak ke Miniso lanjut KKV yang kedua gerainya bersebelahan.
Saya sebelumnya sudah tahu bahwa ada toko-toko ritel yang digandrungi anak muda macam anak saya, namun tak urung takjub juga dengan lautan ABG yang memenuhi toko.Â
Bukan ABG saja tapi juga wajah-wajah muda 20-30 tahunan, tak terkecuali anak-anak kecil memenuhi lorong-lorong memilih barang-barang lucu yang berjajar di rak Miniso maupun KKV.
Grand opening Miniso di Trans Studio Mal sehari sebelumnya (23 Desember 2023) dihadiri oleh Verrel Bramasta dan hari ini  toko mulai buka sesuai jam buka mal.Â
Walaupun toko baru dua hari beroperasi dan sebenarnya gerai Miniso sudah banyak terdapat di Makassar, namun tetap saja antrean di kasir mengular.
Setelah beberapa saat memilih-milih barang dan tidak ada yang dibeli, anak saya pindah ke KKV. Toko ritel dengan dominan warna kuning ini tak kalah ramainya. Antrean kasir juga subhanallah panjang mengular, sampai dibedakan dua jalur yaitu yang membayar dengan uang cash dan elektronik.
Takjubnya saya dengan antrean yang panjang, namun tidak membuat hasrat belanja anak-anak muda ini menciut. Mereka termasuk dua anak saya, tetap semangat mengantre demi membawa pulang barang yang mereka pilih.Â
Kalau saya melihat antrean panjang seperti itu pasti langsung balik kanan menyerah. Kali ini ngalah sama anak, toh mereka sendiri yang mau beli dan mengantre.
Miniso menjual berbagai pernak-pernik yang didominasi warna pink. Mulai dari kosmetik, asesoris, snack, boneka, semua ada. Demikian juga KKV menjual aneka barang lucu mulai alat tulis hingga boneka, bahkan ada aneka mie instan, ramen, udon berbagai merek yang tidak pernah saya lihat di toko biasa.Â
Miniso dan KKV ini mirip Mr. DIY yang sekarang pun menjamur bahkan di Kabupaten paling sepi di Sulawesi Selatan. Tipe toko ritel dengan konsep one stop shopping (satu kali singgah sudah dapat aneka barang) seperti ini sangat digemari kawula muda a.k.a generasi Z a.k.a Genzy.
Kalau konsep Mr. DIY lebih mirip swalayan yang tenang minim huru-hara, hahaha. Saya lebih cocok dengan Mr. DIY apalagi tagline yang diusung adalah Always Low Prices. Paham kan, barang murah dan bagus adalah impian para emak.Â
Barang yang dijual di Mr. DIY banyak, macam-macam, termasuk perlengkapan rumah tangga. Kalau faktor unyu-nya jelas kalah dengan Miniso dan KKV.
Menyikapi preferensi Genzy
Produk-produk toko ritel tersebut telah menjadi magnet yang menarik perhatian para remaja dan mengisap banyak-banyak isi dompet dan ATM.
Saya sendiri kurang merasa tertarik ikut window shopping di Miniso maupun KKV bersama anak-anak. Â Saya waktu itu memilih duduk bersimpuh di luar toko. Banyak juga para orang tua yang memilih untuk nongkrong di luar menunggui anaknya seperti yang saya lakukan.
Mungkin usia telah mengubah preferensi dan prioritas. Kita tidak lagi membeli barang karena sebuah barang itu lucuk (ini bukan typo tapi sengaja, karena anak-anak suka sekali menyebut barang bagus dengan sebutan lucu. Lebih unyu lagi kalau pelafalannya ditambah huruf K, jadi lucuk. Hahaha, perlu banget dibahas) tapi lebih kepada fungsional barang tersebut.Â
Lagipula membeli barang tanpa adanya kebutuhan, jelas akan buang2 uang dan mengurangi dana yg seharusnya dapat digunakan untuk hal yang lebih penting.
Tapi tentu beda dengan para abg genzy ini. Mereka adalah anak-anak yang digerakkan zaman untuk selalu mengikuti hal- hal yang viral dan cenderung FOMO alias Fear Of Missing Object. Takut ketinggalan zaman.
Kalau perlu, uang jajan dari orang tua ditabung guna membeli barang-barang nirfaedah tersebut. Nirfaedah kalau di mata orang2 kolot, mungkin ya? Ngamuk nanti para genzy kalau dibilang barang-barang kesukaannya nirfaedah.
Tapi bahkan orang yang kolot dulu pun pernah muda dan pasti pernah tergila-gila pada barang unyu pada zamannya, sebut saja snoopy, teddy bear atau fido dido. Ayo ngacung yang paham tiga brand yang saya sebut. Bukan toko ritel tapi semacam karakter famous pada zamannya yang menghiasi buku, alat tulis dan aneka merchandize.
Setiap zaman ada godaannya. Kesukaan akan barang-barang lucu juga pasti ada masanya. Maka orang tua, biarkan saja kalau putra-putri kita sering-sering beli pernak-pernik lucu.Â
Barang-barang seperti itu bisa jadi memberi motivasi dan semangat agat putra-putri kita selalu gembira. Yang penting tidak berlebihan, yang penting tahu batasnya.
Brand Luar yang Menjajah Dompet
Hal yang lebih penting untuk disoroti adalah bahwa ketiga brand yang saya sebut dalam judul artikel ini  ternyata berasal dari luar negeri. Miniso merupakan jaringan ritel Tiongkok, KKV dari China dan Mr. DIY yang tampak lebih membumi dari Malaysia.Â
Tiga brand asing tersebut sukses mengeruk dompet para orang tua tiap bulannya. Benar juga apa dikata orang-orang bahwa mungkin negara kita tak lagi dijajah pemerintahannya tapi secara ekonomi, pasar kita digempur oleh barang-barang dari negara lain. Anak-anak kita diracuni oleh barang-barang branded asing.
Miniso pertama didirikan tahun 2011 dan masuk ke Indonesia 24 Februari 2017 di Jakarta. Miniso didirikan oleh Ye Guofu (entrepreneur muda sukses Tiongkok) dan Miyake Junya (chief designer Jepang).
KKV didirikan tahun 2015 oleh KK group asal China. KKV dibangun oleh Yuening Wu seorang sarjana ilmu computer dari Universitas Dongguan, China. KKV pertama masuk ke Indonesia 4 Maret 2020 di Central Park Jakarta.
Mr. DIY merupakan brand yang lebih tua, didirikan tahun 2005 di Malaysia dan masuk ke Indonesia tahun 2017 dengan membangun 10 toko pertama dan akhir 2023 lalu sudah mencapai 600 gerai di seluruh Indonesia.
Serbuan toko ritel tidak hanya terbatas pada tiga brand yang saya sebutkan. Masih ada lagi brand-brand lain seperti Usupso, Brun-Brun, Minigood , dan Daiso.
Kalau mau tahu seberapa jauh brand asing menjajah dompet, sebuah berita online mencatat transaksi tertinggi yang pernah dicapai oleh Miniso adalah 19.000 US Dollar dalam sehari untuk penjualan di Lippo Mall Puri Jakarta Barat. Jika kurs dollar sama dengan Rp15.000, maka itu artinya 285 juta dalam sehari. Belum toko lainnya.
Brand Lokal Apa Kabar?
Sebenarnya secara konsep, Miniso, KKV dan DIY itu tidak susah untuk ditiru. Tinggal kumpulkan semua pernak-pernik lucu dalam satu toko dengan tata letak yang atraktif dan tentu harga yang terjangkau. Tak lupa promosi yang gencar. Barang-barang kerajinan dan produk UMKM kiranya bisa dipasarkan dalam satu atap ala-ala Miniso dkk ini.Â
Tapi apa benar belum ada brand lokal sejenis toko ritel yang sudah menjajah dompet kita semua itu? Jangan salah, ternyata ada juga toko ritel lokal yang dikonsep mirip Miniso-KKV-Mr.DIY yaitu Nice So.Â
Dalam perjalanan saya mencari data soal toko ritel, saya menemukan bahwa Nice So adalah toko ritel di bawah naungan PT. Niceso Sukses Indonesia milik orang Indonesia.
Bedanya dengan Miniso dan KKV, Nice So tidak membuka gerai di mal tetapi di pinggir-pinggir jalan. Sayangnya dari artikel yang saya baca, per 31 Maret 2023 Nice So baru buka di Pulau Jawa saja di 6 provinsi.
Saya kemudian malah kepikiran Toko BUMN tertua Indonesia, Sarinah, yang dalam bentuk berbeda mungkin sudah memulai konsep serupa jauh lebih lama ketimbang Miniso dkk.Â
Saya masih ingat Sarinah Malang lantai atas yang penuh barang-barang lucu alias barang kerajinan aneka rupa. Tapi kesan Sarinah adalah eksklusif, mahal dan kurang terjangkau.
Tinggal dipoles saja tata letaknya, beri subsidi pengrajin UMKM agar harga dapat turun, ditambah barang-barang fungsional lainnya, tetapkan target market para ABG, lalu mulai rebranding tetap memakai nama Sarinah atau nama baru sebagai sub usaha.
Subsidi, perubahan tata letak, promosi yang gencar, dan pembukaan gerai yang masif  di tiap ibu kota provinsi - saya kira mampu membuat New Sarinah ini menyaingi berbagai brand luar yang sudah saya sebut di atas.Â
Jargon-jargon lama semisal cintai produk dalam negeri - juga harus secara masif digaungkan mungkin dengan cara yang lebih kasual karena targetnya anak muda. Pakai saja brand ambassador artis muda yang positif dan mempunyai banyak followers untuk mengawal brand baru.
Mengapa saya pilih Sarinah bukan asal bicara saja. Sarinah dalam website resminya sarinah.co.id memperkenalkan diri sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia yang beroperasi sejak Agustus 1966, menaungi usaha rakyat khususnya di bidang eceran atau ritel dan gaya hidup.Â
Ritel dan gaya hidup adalah dua kata kunci yang dapat menjadi dasar bahwa Sarinah bisa bersaing dengan toko ritel one stop shopping yang sedang digemari.
Kita pasti bisa bersaing dengan brand dari luar kalau kita mau, karena sebenarnya kita lebih dari mampu. Bahkan brand ini bakal  mempunyai nilai lebih yaitu sentuhan lokal.Â
Ciri khas Sarinah yang menjual produk-produk kerajinan tradisional tidak boleh hilang. Batik, sutera, tenun, jajanan lokal, dan aneka keragaman budaya harus menjadi benang merah yang mengikat brand baru ini. Dengan berbelanja di sini  anak-anak muda kita dapat menjadi keren dan up to date serta bangga menjadi Indonesia.
Dan yang lebih pasti lagi, orang tua tidak sayang-sayang lagi mengeluarkan isi dompet karena produk dalam negeri yang dibeli. Â Betul tidak?
Bahan bacaan:
Chairullah, M dan R. Juwita. 2023. Dampak Karakteristik Toko, Karakteristik Produk, Emosi Positif Terhadap Impulse Buying Miniso PSX. 2nd MDP Student Conference (MSC) 2023.
https://www.jumanto.net/toko-niceso-terdekat/Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI