Setelah makan, kami segera cabut meneruskan perjalanan ke Bulukumba. Saat kami sampai di rumah kakak di Kecamatan Kajang, hari masih terang. Kakak menyiapkan makanan dan kami makan malam dengan ikan goreng, ikan bakar bumbu, sambal jeruk, dan sayur daun kelor.
Paginya saya jalan-jalan bersama kakak ipar dan ponakan, Ica, ke depan rumah kakak karena di situ ada laut! Sayangnya pantainya kotor karena bukan pantai wisata. Tak apalah, saya mengabadikan momen itu dengan memotret matahari yang belum lama muncul.
Kemudian kami bersiap-siap pergi lagi ke Kabupaten Bone, mengunjungi kakak yang lain lagi. Di sana kami rencana menginap lagi satu malam di rumah kakak ipar (alm), di sana masih ada suami kakak ipar, ponakan, istri ponakan, dan si kecil anak mereka. Si kecil berarti hitungannya adalah cucu saya dari ponakan. Oh ya, kami berangkat dari Bulukumba setelah makan dengan lauk ikan, udang, dan sayur sop, serta tak lupa sambalnya. Kakak ipar yang di Bulukumba ini punya usaha kapal penangkap ikan, sehingga kami juga dibawakan ikan segar yang dibawa dengan menggunakan termos berisi es.
Tiba di Bone sudah agak sore, anak-anak bergantian main badminton di halaman rumah. Malamnya anak-anak diajak ponakan untuk jalan-jalan dan ngafe di kota. Bapak-bapak dan emak-emaknya ngaso aja di rumah ngelurusin punggung.
Paginya saya ikut adik ipar ke pasar tradisional. Di pasar tersebut, saya membeli ikan asap, rebung, dan kue baruasa sebagai oleh-oleh. Adik ipar lebih banyak lagi belanjanya. Selain ikan asap, rebung dan kue baruasa, ia juga membeli sukun (sukun ini kalau lagi musim memang banyak terdapat di Bone), ikan asin sunu, kepiting (salah satu komoditi unggulan Bone) dan pangi. Pangi itu adalah keluwek tapi yang masih muda. Pangi dijual dalam bentuk potongan-potongan dalam rendaman air. Pangi ini enak sekali sebagai campuran kalau masak ikan asap santan. Pokoknya endeusss bingit. Saya tidak beli pangi karena di kulkas di rumah Makassar saya punya pangi satu kantong pemberian ibu ketua DWP yang baik hati.
Setelah pulang dari pasar, kami bersiap kembali ke Makassar dan berfoto bersama dulu sebelum pergi. Kami sempat  nyekar dulu ke makam bapak mertua, mama mertua, dan kakak ipar (yang rumahnya kami tempati selama di Bone). Setelah nyekar, suami kakak ipar minta singgah dulu ke titik nol untuk mengambil foto, agar perjalanan kami makin berkesan.