Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hikmah Ramadan: Memetik Masa-Masa Emas Dalam Hidup, Untuk Menciptakan A New You

26 April 2022   13:43 Diperbarui: 26 April 2022   13:44 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hikmah Ramadan: Memetik Masa-Masa Emas Dalam Hidup (aspirasiku.id)

Manusia yang selalu bersyukur biasanya memiliki waktu untuk sekadar merenungi jalan hidup yang telah berlalu.  Apakah lintasan jejak langkah sudah memberi manfaat untuk orang lain? Tak perlu muluk menghitung manfaat bagi orang lain, jika  itu sulit. Minimal bermanfaat untuk diri sendiri. 

Sudahkah perilaku diri ini dapat membuat tubuh berdiri tegak dengan bangga karena bersih dari hal-hal hina dan aib? Dan ketika sadar bahwa banyaknya bilangan umur tidak menjadikan diri ini makin baik atau lebih bijaksana, timbul keinginan untuk memerbaikinya.

Sangat jarang, bahkan mustahil orang tahu berapa jatah umurnya. Walaupun tubuh telah renta, untuk berubah tak ada kata terlambat. Harus optimis bahwa selalu ada waktu untuk membenahi diri menjadi lebih baik lagi. Tidak usah nunggu lebaran atau tahun baru. Jika ingin berubah, waktunya adalah sekarang. Now or never.

Pernah orang berkata, dalam perjalanan hidup kita pasti ada baik dan buruk. Ada masa-masa kita begitu cemerlang, dan ada masa kita terpuruk dalam kekecewaan atau penyesalan. Rentetan peristiwa satu dan lainnya itu yang membentuk diri kita saat ini.

Diri kita yang sekarang adalah buah dari seluruh rangkaian perjalanan. Adab yang kita pelajari dari orangtua, ilmu yang kita serap dari para guru, cara pergaulan yang kita contoh dari teman sebaya, intisari makna yang kita peras dari berbagai peristiwa, membentuk kita menjadi kita yang sekarang.

Jika kita merasa diri ini belum dapat dikatakan baik, masih jauh dari sosok yang bermanfaat bagi orang lain, mungkin ada yang salah dengan internalisasi nilai-nilai yang kita serap. Kita masih dapat mengubahnya dengan niat menjadikan diri ini lebih baik lagi.

 Caranya dengan memetik masa-masa emas dalam hidup dan berusaha menghidupkannya kembali. Cara kedua dengan meninggalkan kebiasaan jelek, yang sebenarnya sudah kita sadari jelek, tapi masih sering dilakukan dengan sadar. Contoh ringannya adalah kecanduan belanja online barang-barang yang kurang berguna, atau kecanduan nonton drakor hingga mengganggu pekerjaan.

Jika kita melihat ke belakang, jauuh ke belakang, kita akan mendapati bahwa masa-masa emas itu ada di masa kecil kita, sebagian mungkin di masa remaja. Bagaimana si kecil diri kita dulu bergaul tanpa pretensi, tanpa kepentingan. Ghirahnya si kecil kita membaca buku. Semangatnya si remaja menulis, memupuk jiwa kompetitif, dan mendulang prestasi.

Mungkin juga kita temukan masa-masa di mana kita sangat produktif dalam pekerjaan dan passion, serta masa-masa di mana kita paling merasa beriman dengan ketatnya jadwal ibadah yang kita susun sendiri. 

Kita temukan sebuah titik di masa lalu, saat kita sedang bercahaya seperti bongkahan emas disinari mentari pagi. Berkilauan. Dan kita temukan fakta bahwa kita hari ini, sangat jauh dari itu semua. How is the time change us?

Tak semua seperti itu. Alhamdulillah jika kita yang sekarang adalah lebih baik dari kita yang dulu. Tapi bagaimana jika sebaliknya? Gambaran kita dulu sebagai perempuan enerjik dan ramah, tidak kita temukan lagi pada diri kita yang sekarang - yang lebih sering mager dan sering mengeluh, mungkin? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun