Di balik deretan perbukitan hijau yang memagari Desa Koto Pudung, sebuah desa yang masih memegang erat tradisi dan kearifan lokal, berdiri sebuah sekolah yang menjadi saksi bisu mimpi-mimpi anak bangsa. Desa ini, dengan mayoritas penduduknya yang berprofesi sebagai petani dan pekebun, memiliki semangat belajar yang luar biasa. Anak-anaknya berangkat ke sekolah dengan senyum merekah, membawa bekal cita-cita yang sederhana namun tinggi. Di tengah suasana pedesaan yang asri itulah, SDN Plus 059/XI hadir sebagai pusat pendidikan. Ini adalah desa tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, tempat di mana kenangan masa kecil saya terukir kuat, terutama di sebuah bangunan sederhana bertuliskan SDN Plus 059/XI Koto Pudung. Selama hampir 2 bulan, dari 7 Juli hingga 23 Agustus 2025, saya berkesempatan menjadi bagian dari keluarga besar sekolah ini melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri. Sebuah perjalanan singkat yang mengajarkan saya bahwa kebahagiaan adalah kunci utama dalam proses belajar, dan sebuah kelas bisa menjadi tempat paling bahagia di dunia.
Dulu, saya adalah salah satu dari puluhan anak yang berlarian di halaman sekolah ini, bercita-cita menjadi orang besar. Sekarang, saya kembali. Bukan sebagai murid, melainkan sebagai mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN). Rencana awal KKN saya sebenarnya adalah di desa lain, yang asing dan penuh tantangan baru. Namun, takdir berkata lain. Kegiatan KKN UIN STS Jambi Tahun 2025 dilaksanakan dengan cara yang berbeda. Salah satunya yaitu Kukerta Mandiri. Dimana mahasiswa melaksanakan kegiatan kukerta di domisilinya masing-masing dengan bertemakan “Membangun Kampung Kito”. Awalnya, ada sedikit keraguan. Bagaimana saya bisa memberikan dampak jika semua orang sudah mengenal saya? Namun, keraguan itu segera sirna, berganti dengan perasaan haru dan rasa ingin membalas budi.
Kehadiran saya sebagai mahasiswa KKN mandiri disambut dengan kehangatan yang luar biasa oleh kepala sekolah dan bapak ibu guru di sekolah. Senyum tulus dan sapaan ramah membuat saya merasa seperti bagian dari keluarga. Kedekatan yang begitu mudah ini sungguh tak terduga, seolah-olah kami telah lama mengenal satu sama lain.
Status saya yang hanya seorang mahasiswa tidak membuat saya merasa diasingkan. Sebaliknya, saya justru dilibatkan dalam setiap kegiatan dan diskusi. Kepala sekolah dan bapak ibu guru dengan sabar membimbing dan memberikan ruang bagi saya untuk berkreasi. Mereka berbagi pengalaman, serta tak ragu mengapresiasi setiap ide yang saya sampaikan.
Lingkungan yang suportif ini membuat saya merasa nyaman dan termotivasi. Momen-momen di ruang guru, di mana kami berbagi cerita dan tawa, menjadi kenangan yang tak terlupakan. Mereka bukan hanya rekan kerja, tetapi juga mentor dan sahabat. Pengalaman KKN ini mengajarkan saya bahwa mengajar adalah tentang hati, bukan hanya tentang transfer ilmu. Kehadiran saya disambut bukan karena status, melainkan karena ketulusan dan semangat untuk belajar.
Pengalaman KKN ini telah membuka mata saya bahwa sebuah sekolah bukan hanya tempat belajar, melainkan juga rumah kedua yang penuh kehangatan. Sungguh, kebaikan bapak dan ibu guru akan selalu saya kenang. Mereka telah menunjukkan pada saya arti profesionalisme dan kekeluargaan yang sejati.
Awalnya, saya datang dengan membawa segudang teori dari bangku kuliah, siap untuk mengaplikasikan metode-metode pembelajaran modern. Namun, realitas di lapangan jauh lebih kompleks. Saya menemukan anak-anak yang cerdas dan penuh semangat, tetapi juga melihat adanya kebosanan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Pelajaran didominasi oleh ceramah, dan interaksi antara guru dan siswa terasa minimal. Ruang kelas cenderung kaku, membuat siswa pasif dan kurang termotivasi. Misi saya pun berubah, bukan hanya mentransfer ilmu, melainkan menciptakan "Kelas Bahagia."
Pada kegiatan belajar mengajar ini saya menerapkan pembelajaran Joyful Learning, yang merupakan salah satu solusi dari permasalahan di atas. Istilah ini merujuk pada pendekatan pembelajaran yang berupaya menciptakan suasana belajar yang positif, menarik, dan memotivasi siswa agar lebih antusias dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Joyful Learning merupakan model pembelajaran yang menciptakan kegiatan belajar mengajar secara menyenangkan, relaks (tidak tegang), diselingi humor, yel-yel, ice breaking maupun brain gym (senam otak). Tujuan dari model pembelajaran Joyful Learning adalah meminimalisir ketegangan saat proses belajar sehingga siswa tertarik mengikuti pembelajaran, dan saya rasa model pembelajaran ini cocok dengan karakteristik anak yang saya ajar yaitu kelas 2.
Setiap sesi belajar yang saya adakan selalu dimulai dengan ice breaking. Bukan sekadar permainan, tetapi kegiatan yang sengaja dirancang untuk mencairkan suasana dan membangun koneksi. Tawa dan semangat langsung memenuhi ruangan. Kecanggungan perlahan sirna, digantikan oleh antusiasme. Selain itu berbagai macam ice breaking lainnya seperti nyanyian dan gerakan yang menyenangkan.
Ice breaking ini memiliki dampak yang luar biasa:
- Mengurangi Ketegangan: Anak-anak yang tadinya malu atau takut salah menjadi lebih berani untuk berpendapat.
- Meningkatkan Fokus: Otak yang rileks dan bahagia lebih siap untuk menerima informasi baru.
- Membangun Hubungan: Mereka tidak hanya melihat saya sebagai guru, tetapi juga sebagai teman.
Setelah suasana mencair, saya melanjutkan dengan metode pembelajaran yang lebih interaktif. Saya menghindari ceramah satu arah. Sebaliknya, saya mengajak mereka berpartisipasi aktif. Belajar sambil bermain, pujian dan apresiasi, setiap usaha, sekecil apa pun, selalu saya berikan apresiasi. Hal ini mampu menumbuhkan rasa percaya diri mereka.