Mohon tunggu...
Indah Lussy Meylani
Indah Lussy Meylani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi melukis dan mendengar lagu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan di Ujung Senja

26 Juni 2025   19:00 Diperbarui: 27 Juni 2025   01:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangan di Ujung Senja

Di sebuah desa kecil yang sunyi, tinggal seorang gadis bernama Nisa, 13 tahun, yang hidup bersama ibu tirinya, Bu Mirah, dan adik tirinya, Rani, yang baru berusia 9 tahun. Sejak kedua orang tua kandung Nisa meninggal dalam kecelakaan saat ia berusia 5 tahun, ia diasuh oleh Bu Mirah---perempuan yang dinikahi ayahnya sebelum tragedi itu merenggut segalanya.

Namun sejak kepergian ayah Nisa, perlakuan Bu Mirah berubah drastis. Jika dulu ada senyum manis saat menyuapi Nisa kecil, kini hanya sisa ketus dan dingin yang menyambutnya setiap hari.

Baca juga: Bayang Senja

"Nisa, kenapa cucian belum selesai juga?! Dasar pemalas!" hardik Bu Mirah suatu sore.

"Aku baru saja pulang sekolah, Bu. Tadi ada kegiatan tambahan di kelas," jawab Nisa lirih, tangannya masih memegang buku pelajaran.

"Alasan! Kamu pikir rumah ini hotel, ya? Bisa seenaknya datang dan pergi tanpa memberitahu orang tua?! Lihat tuh, adikmu Rani saja sudah bantu Ibu beresin dapur. Kamu hanya tahu belajar, tapi tak pernah tahu diri!"

Nisa menunduk. Ia tahu, membela diri hanya akan memperpanjang kemarahan ibu tirinya. Bu Mirah selalu menyalahkan Nisa atas hal sekecil apa pun. Ketika gelas pecah, walau jelas Rani yang menjatuhkannya, Bu Mirah tetap menunjuk Nisa sebagai biang kerok.

Baca juga: Tata dan para Taba

"Nisa itu pembawa sial," begitu katanya kepada tetangga. "Kalau bukan karena janji almarhum suami saya, sudah sejak dulu saya kirim dia ke panti!"

Namun Nisa tetap bertahan. Ia percaya, selama ia tidak membalas kebencian dengan kebencian, ia masih punya harapan. Ia mencintai adik tirinya, Rani, meskipun sering mendapat perlakuan tidak adil. Setiap malam, ia menyelimuti adiknya dengan lembut, memastikan gadis kecil itu tidur nyenyak.

Suatu hari, Rani jatuh sakit. Demam tinggi, tubuhnya menggigil. Bu Mirah panik, tapi tak tahu harus berbuat apa. Dokter di desa sedang tidak ada, dan apotek sudah tutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun