Di tengah hiruk-pikuk kota dan tantangan ekonomi global, ada satu kekuatan yang terus bergerak tanpa banyak sorotan yaitu UMKM. Di lingkungan saya, usaha kecil dan menengah tumbuh subur, mulai dari warung depan rumah, penjual minuman, laundry rumahan, hingga toko online yang dikelola dari kamar kontrakan. Mereka bukan hanya pelaku ekonomi, tapi juga simbol ketahanan dan kreativitas masyarakat.
Sebagai mahasiswa baru di jurusan Manajemen, saya mulai melihat UMKM bukan sekadar bisnis kecil, tapi sebagai fondasi ekonomi lokal yang nyata. Mereka menyerap tenaga kerja, membuka peluang usaha, dan menjaga perputaran uang di komunitas. Namun, di balik semangat itu, saya juga melihat tantangan besar: akses modal yang terbatas, pemasaran digital yang belum optimal, dan persaingan harga yang ketat.
Saya percaya, UMKMÂ bisa naik kelas jika didukung dengan literasi keuangan, pelatihan manajemen, dan strategi branding yang tepat. Di era digital, kehadiran di media sosial dan platform e-commerce bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Bahkan, saya mulai berpikir bagaimana jika mahasiswa seperti saya ikut berkontribusi? Misalnya, membantu membuat konten, mengelola keuangan sederhana, atau sekadar memberi ide segar.
UMKM bukan hanya soal laba, tapi tentang harapan. Mereka adalah wajah ekonomi yang dekat dengan kita yaitu tetangga, teman, bahkan keluarga. Mendukung UMKM berarti mendukung ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Mari kita mulai dari hal kecil: beli produk lokal, bantu promosi, atau sekadar mampir dan memberi semangat. Karena di balik etalase sederhana, ada mimpi besar yang sedang diperjuangkan.
Untuk memperkuat refleksi ini, saya menemukan beberapa kutipan menarik dari media tahun 2025 yang menyoroti peran UMKM:
"UMKM bukan sekadar penyokong ekonomi informal, melainkan tulang punggung ekonomi rakyat yang nyata. Di tahun 2025, perannya semakin krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis potensi lokal." Kompasiana, Mei 2025
"UMKM menyumbang lebih dari 60% terhadap PDB nasional dan menyerap hampir 97% tenaga kerja. Pemerintah menargetkan peningkatan kontribusi ekspor UMKM dari 15% menjadi 20% pada akhir 2025."Â Kemenko Perekonomian, Januari 2025
"Pertumbuhan UMKM Indonesia diperkirakan mencapai 87% pada 2025, menempatkan Indonesia di antara tiga pasar dengan pertumbuhan tertinggi di Asia Pasifik." Katadata, April 2025
Kutipan - kutipan ini menunjukkan bahwa UMKM bukan hanya penting secara lokal, tapi juga strategis secara nasional dan global. Semoga semakin banyak anak muda yang ikut terlibat, karena masa depan ekonomi kita bisa dimulai dari warung kecil di sudut jalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI