Mohon tunggu...
Indah Dwi
Indah Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Agroteknologi Universitas Jember 2018

Be Happy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Usaha Kue Melalui Digital Marketing Era Pandemi Covid-19 di Desa Grajagan

28 Agustus 2021   16:14 Diperbarui: 28 Agustus 2021   16:41 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Balai Desa Grajagan dan Pantai Grajagan (Aditya Bintang Perdana)

Desa Grajagan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Memiliki luas sekitar 4.658 Ha, sekitar 79,84 % wilayah dari Desa Grajagan masih berupa hutan jati, 15,11 % berupa persawahan, 3,16% untuk pemukiman, dan 0,04 % berupa tempat wisata. Pembagian wilayah di Desa Grajagan terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Curahjati, Sumberjati, Bulusari, Grajagan Pantai, dan Kampung Baru. Terletak di ujung selatan Banyuwangi, Desa Grajagan memiliki pantai yang sangat indah yang dikenal dengan Pantai Coko. 

Terdapat pelabuhan di sekitar pantai  yang digunakan untuk menambatkan perahu serta adanya tempat pelelangan ikan yang digunakan untuk jual beli ikan segar. Potensi dari Desa Grajagan yaitu hasil laut, hortikultura berupa buah naga dan jeruk, tanaman pangan, serta wisata desa. Desa Grajagan memiliki budaya khas sebagai agenda rutin yaitu mantu kucing dan petik laut yang mendatangkan wisatawan dari luar desa hingga luar kecamatan.Jumlah penduduk di Desa Grajagan sebanyak 10.377 jiwa. Masyarakat Desa sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan karena potensi sawah dan laut yang luas. Berkisar 4% dari warga desa memiliki profesi sebagai pedagang UKM dan UMKM. 

Gambar 2. Mahasiswa KKN bersama Mitra (dokpri)
Gambar 2. Mahasiswa KKN bersama Mitra (dokpri)

Pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 mempengaruhi aktivitas perdagangan yang ada di Desa Grajagan, salah satu UMKM yang terdampak yaitu usaha kue dari ibu Dwi Yanti. Bu Dwi telah membuka usaha kue selama 3 tahun dengan produk berupa kue tart, bolu, onde-onde, getas, nasi kuning, tumpeng, dan kue-kue untuk hantaran. Diversifikasi dari produk beliau berfokus pada kue-kue basah untuk acara ulang tahun dan pernikahan sehingga pembatasan sosial menyebabkan penurunan drastis terhadap permintaan konsumen. 

Kegiatan KKN Back to Village 3 secara mandiri yang saya lakukan memiliki tujuan untuk memperluas jangkauan pemasaran dari usaha yang dimiliki bu Dwi sehingga dapat berkembang menjadi lebih besar. Salah satu kegiatan yaitu branding produk yang kini diberi nama "Shanaya Cakery". Program kerja yang akan dijalankan yaitu pelatihan pembuatan logo dan stiker untuk kemasan produk, sosialisasi mengenai digital marketing, pelatihan pembuatan konten promosi (foto, video, dan poster), pelatihan pembuatan dan pengelolaan media promosi seperti Instagram, Facebook, dan Whatsapps, serta pelatihan manajemen keuangan secara digital.
 

Gambar 3. Canvas Pogram Kerja KKN (dokpri)
Gambar 3. Canvas Pogram Kerja KKN (dokpri)

Gambar 4. Roadmap Program Kerja KKN (dokpri)
Gambar 4. Roadmap Program Kerja KKN (dokpri)

Indah Dwi Lestari/Grajagan/L. Dyah Purwita WSWW, S.S., M.A.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun