Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literally Little Thing

22 April 2021   07:02 Diperbarui: 22 April 2021   07:08 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada kesamaan pada diri kami berdua yang sering membuat kami tertawa terbahak-bahak. Titel atau gelar kesarjanaan yang tak kami miliki sempat menjadi halangan kecil bagi kami untuk berkarya. Untungnya kami segera mengeluarkan sebuah penghapus untuk menghilangkan rasa minder kami. Bahkan tak jarang kami justru bangga berkarya tanpa embel-embel di belakang nama kami. Pernah kepikiran untuk menambahkan titel ala-ala di belakang nama kami. Duh, kasihan ya....

Di mata saya, ia terlihat jarang marah, bukan orang yang emosional. Tapi jika menghadapi sebuah masalah dan ingin marah, ia malah menulis dulu tentang hal yang membuatnya marah.

" Kepala saya mau pecah, ingin marah tapi......" begitu tulisnya.

"Istirahat dulu Bu, minum air putih...." saran saya juga dalam tulisan. Ah, sungguh damai kalau menghadapi kejadian seperti ini. Andai saja semua orang melakukan hal seperti ini, mengademkan diri saat darah naik ke kepala dan tak ada pula orang lain yang malah memanas-manasinya. Pasti hidup semakin indah.

Kembali pada kesenangannya dalam menulis, kedua anak lelakinya juga suka menulis. Bahkan anak tertua pernah menjadi juara dalam sebuah lomba menulis. Saya sempat heran, mengapa sekeluarga bisa gemar menulis. Oh, ternyata ini diawali dari kegemaran mereka membaca sejak dulu, sejak kedua  jagoannya masih kecil. Buku sudah menjadi sahabat mereka sehari-hari. Dan sekarang, Bu Sum sendiri telah menelurkan beberapa hasil karya tulisnya ke dalam buku. Jagoannya yang besar tak kalah hebatnya, dan saya pernah menyeletuk, " ini sang anak yang menurun bakat dari mamanya, atau si mama yang ketularan bakat dari anaknya..."

Mengagumkan.

Saya pernah merasa tersentuh dan hampir menangis ( untungnya hanya dalam hati ) ketika membaca tulisan yang ia berikan kepada saya. Masih tentang kue favoritnya, onde-onde. Menurut saya, ia menulis cepat sekali.

Pada suatu pagi ketika kami berdua baru saja tiba di sekolah, ia yang baru keluar dari pintu mobil langsung saya sodori beberapa butir onde-onde .

"Bu, ini tadi di jalan saya mampir ke toko kue, dan saya lihat ada onde-onde, tinggal beberapa butir, saya belikan untuk ibu ya..."

Ia tertawa dan mengucapkan terima kasih. Sungguh senang melihatnya tersenyum menerima beberapa butir onde-onde dari saya, namun ada hal yang lebih membuat saya bahagia sekaligus terharu. Beberapa saat kemudian, ia menyodorkan tulisan mengenai pemberian saya tadi pagi. Sungguh di luar pemikiran saya tentang menulis, ia justru membuat saya terkagum-kagum karena ia menuliskan tentang dirinya yang menjadi sosok istri pejabat dengan segala kemewahannya. Dan saya diceritakan sebagai orang awam sekaligus rakyat biasa yang menghampiri sang ibu pejabat.

Ah, sebaiknya baca sendiri tulisan beliau mengenai onde-onde. Saya tak bisa menceritakannya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun