Di sisi lain, meskipun sebagian siswa menunjukkan penerimaan positif terhadap konsep Merdeka Belajar dan struktur kurikulum yang lebih mandiri, implementasinya belum sepenuhnya optimal di semua sekolah. Faktor perbedaan fasilitas, kesulitan dalam penyusunan jadwal yang fleksibel, dan keterbatasan pemahaman tentang pembelajaran kontekstual menjadi beberapa hambatan tambahan yang dihadapi sekolah.
Untuk memastikan Kurikulum Merdeka dapat diterapkan secara efektif, dukungan dari pemerintah, termasuk pelatihan berkelanjutan bagi guru dan penyediaan sumber daya yang memadai, sangat dibutuhkan. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat menjadi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan tujuan Kurikulum Merdeka dalam membangun siswa yang kritis, kreatif, dan berkarakter.
Daftar Pustaka
Kemendikbud (2022). Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Fullan, M. (2007). *The New Meaning of Educational Change* (4th ed.). New York: Teachers College Press.
Hoy, W. K., & Miskel, C. G. (2013). Educational Administration: Theory, Research, and Practice. New York: McGraw-Hill.
Rogers, E. M.(2003). Diffusion of Innovations(5th ed.). New York: Free Press.
Riswanto, A., & Damanik, T. A. (2022). Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka: Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Kota Medan. Jurnal Inovasi Pendidikan, 10(2), 87-95.
Kurniawan, D., & Rusman. (2022). Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka pada Kelas X di SMA Plus Assalaam Bandung. UPI Repository.
Suparman, R., & Amelia, S.(2022). Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Harapan untuk Pendidikan Berkualitas di Indonesia. *Jurnal Kajian Pendidikan*, 14(4), 203-214.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI