Kurikulum merdeka merupakan sebua inovasi yang dilakukan oleh pemerinta dalam memperbaiki pendidikan indonesia. Kurikulum merdeka lebih kepada pembelajaran yang dipusatkan kepada dan berorintesi dengan linkungan sekitar. Kurikulum Merdeka dirancang dengan tujuan utama untuk memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada sekolah dan pendidik dalam menyesuaikan metode pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik, serta untuk meningkatkan kompetensi berbasis keterampilan hidup dan karakter (Kemendikbud, 2022). Dalam hal ini, teori perubahan iklim menjadi relevan karena menjelaskan bagaimana suatu kurikulum dapat berhasil diterapkan dalam lingkungan sekolah.
Kurikulum merdeka merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek sebagai upaya yang dilakukan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang fleksibel, adaptif, dan berpusar kepada peserta didik. Kurikulum merdeka bertujuan untuk memberikan kebebasan kepala sekolah dan guru dalam merancang proses pembelajaran yang relevan sesuai dengan kebutuhan, minat dan potensi peserta didik. Kurikulum merdeka juga diharapkan mampu menjawab tantangan pendidikan di era modren dengan menekankan pada pengembangan karakter, kreativitas dan keterampilan berfikir kritis bagi peserta didik.
Pengembangan kurikulum merdeka tentu muncul berbagi tantangan seperti keterbatasan dalam pemahaman kurikulum, kurangnya pelatihan yang mendalami bagi pendidik, serta perbedaan kapasitas sarana di berbagai satuan pendidiikan. Masih banyak tenaga pendidik yang kebingungan dalam mengembangkan kurikulum merdeka menjadi sebuah perangkat ajar atau modul ajar sebelum memulai proses pembelajaran. Banyak guru merasa terbebani oleh keterbatasan sumber daya, seperti bahan ajar dan fasilitas yang memadai, serta dukungan teknologi yang kurang optimal. Kurangnya bimbingan teknis dan pelatihan juga membuat beberapa pendidik merasa ragu dalam menerapkan metode-metode baru yang diharapkan oleh Kurikulum Merdeka. Semua faktor ini menimbulkan tantangan dalam menciptakan pembelajaran yang benar-benar berpusat pada anak dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dapat disimpulkan baawa kurikulum merdeka merupakan pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah untuk mengembangkan pendidikan yang lebih maju berpusat kepada anak. Kurikulum merdeka memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidkan indonesia. Akan tetapi banyak kendala atau tantangan yang dihadapi oleh guru dalam mengembangkan kurikulum merdeka.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejau mana tanatangan yang dihadapi oleh guru taman kanak-kanak dalam menghadapi perubaahan kurikulum. Pada penelitian ini dilakukan dengn cara wawancara langsung salah seorang guru taman kanak-kanak untuk melihat tantangan apa yang dihadapi guru. Dan dilakukan dengan mengobservasi tantangan apa yang diadapi guru dalam pengembangan kurikuum merdeka.
Adaptasi guru dalam mengimplementasikan perubahan ini. Kurikulum Merdeka menekankan pada pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan berdiferensiasi, yang memerlukan guru untuk memahami kebutuhan individu siswa serta mengembangkan proyek yang mendukung *Profil Pelajar Pancasila*. Namun, kesiapan dan kompetensi guru untuk mengelola pembelajaran berbasis proyek dan inovasi ini menjadi tantangan tersendiri, terutama di daerah dengan akses terbatas pada pelatihan dan sumber daya yang memadai.
Kendala lainnya adalah penyesuaian dengan struktur baru kurikulum yang memperkenalkan fase-fase perkembangan belajar, berbeda dari pendekatan berbasis kompetensi sebelumnya. Pengaturan waktu dan alokasi jam belajar yang diatur lebih fleksibel memerlukan perencanaan yang teliti agar tidak membebani siswa dengan materi yang terlalu padat, namun tetap mengakomodasi pengembangan kompetensi secara mendalam.
Selain itu, studi di beberapa sekolah seperti Taman kanak-kanak Aisyiyah 1 Bukittinggi menunjukkan bahwa penerimaan peserta didik terhadap Kurikulum Merdeka umumnya positif, tetapi tantangan tetap ada dalam memastikan semua elemen kurikulum diterapkan dengan efektif. Tantangan ini melibatkan kebutuhan untuk terus meningkatkan kesiapan peserta didik dan guru dalam pendekatan pembelajaran mandiri yang lebih menuntut keterlibatan aktif dan tanggung jawab pribadi dalam proses belajar.
Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka dianggap mampu mendorong perubahan positif dalam pendidikan, namun proses penerapannya memerlukan dukungan yang kuat dari pemerintah, terutama melalui pelatihan dan dukungan yang berkelanjutan bagi guru serta penyediaan sumber daya yang memadai
kesimpulanÂ
Kesimpulannya, penerapan Kurikulum Merdeka menghadapi tantangan yang cukup kompleks dan memerlukan kesiapan serta dukungan yang menyeluruh dari berbagai pihak. Tantangan utama dalam kurikulum ini mencakup kesiapan guru untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan berbasis proyek, keterbatasan sumber daya di beberapa sekolah, serta kesenjangan dalam akses pelatihan yang memadai bagi tenaga pendidik. Kurikulum ini menuntut guru untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi dan berbasis proyek guna memperkuat Profil Pelajar Pancasila, tetapi masih banyak guru yang memerlukan pelatihan intensif agar dapat menyesuaikan metode mereka dengan pendekatan baru ini.
Di sisi lain, meskipun sebagian siswa menunjukkan penerimaan positif terhadap konsep Merdeka Belajar dan struktur kurikulum yang lebih mandiri, implementasinya belum sepenuhnya optimal di semua sekolah. Faktor perbedaan fasilitas, kesulitan dalam penyusunan jadwal yang fleksibel, dan keterbatasan pemahaman tentang pembelajaran kontekstual menjadi beberapa hambatan tambahan yang dihadapi sekolah.
Untuk memastikan Kurikulum Merdeka dapat diterapkan secara efektif, dukungan dari pemerintah, termasuk pelatihan berkelanjutan bagi guru dan penyediaan sumber daya yang memadai, sangat dibutuhkan. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat menjadi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan tujuan Kurikulum Merdeka dalam membangun siswa yang kritis, kreatif, dan berkarakter.
Daftar Pustaka
Kemendikbud (2022). Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Fullan, M. (2007). *The New Meaning of Educational Change* (4th ed.). New York: Teachers College Press.
Hoy, W. K., & Miskel, C. G. (2013). Educational Administration: Theory, Research, and Practice. New York: McGraw-Hill.
Rogers, E. M.(2003). Diffusion of Innovations(5th ed.). New York: Free Press.
Riswanto, A., & Damanik, T. A. (2022). Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka: Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Kota Medan. Jurnal Inovasi Pendidikan, 10(2), 87-95.
Kurniawan, D., & Rusman. (2022). Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka pada Kelas X di SMA Plus Assalaam Bandung. UPI Repository.
Suparman, R., & Amelia, S.(2022). Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Harapan untuk Pendidikan Berkualitas di Indonesia. *Jurnal Kajian Pendidikan*, 14(4), 203-214.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI