Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary

Saya Bergusar, Kau yang Bersabar

29 Maret 2023   09:06 Diperbarui: 29 Maret 2023   09:07 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika saja saya bisa memutar waktu mungkin saya bisa meminta pada Tuhan untuk tak mencintaimu.

Begitu mendengar kalimat ini darinya, dada saya terasa sesak. Terlalu menyakitkan. Apa yang saya rasakan pada waktu itu benar-benar sakit. Saya merasa telah terperdaya oleh kata-kata dan kalimatnya yang manis dan menggelora tentang cinta yang setiap hari ia sampaikan. Saya bertanya-tanya apakah hubungan kita selama ini hanya kau anggap sebuah candaan? Apa benar bahwa kau mencintai saya? Mengapa kau ingin memutar waktu dan meminta pada Tuhan hal demikian? Apa bahagia yang selama ini kau ucapkan adalah tipu muslihat? Entahlah. Hanya kau yang mampu menjelaskan pernyataan yang begitu menyakitkan itu.

Seperti biasanya saat saya tengah merasa bersedih, air mata tak pernah ketinggalan untuk menetes. Dan disaat itu pula saya akan mencari ketenangan untuk memulihkan batin yang sudah tergores. Banyak pertanyaan yang berseliweran dan saya tak mampu berfikir jernih. Saya tahunya hanya dia telah bersandiwara.

Lain halnya dengan dirinya. Ia sibuk kebingungan mengapa sikap saya berubah. Dari ceria menjadi diam seribu bahasa. Ia tak henti-hentinya bertanya mengapa dan perhatiannya menjadi lebih dari biasanya. Tampak ia begitu khawatir sebab saya tak memberinya kabar, karena masih di tahap sedang pemulihan. Saya tahu menghindar bukanlah solusi. Namun saya percaya bahwa berdiam sejenak untuk mengintrospeksi diri adalah langkah yang tepat sebelum kembali berbicara baik-baik dengannya.

Kunci sebuah hubungan itu terletak di pihak laki-laki. Mau perempuanya itu seperti badai, angin topan, tsunami sekalipun jika laki-lakinya sabar dan bertahan, maka hubungan itu akan awet.

Setelah saya membaca kalimat itu pada beranda media sosial, tampaknya benar. Saya sendiri sering uring-uringan tak karuan. Dan dia masih dan selalu di mode bersabar. Saya memintanya untuk pulang dan meninggalkan saya, ia pun tak mau. Sebelumnya saya pernah memintanya saat kami selesai berselisih untuk lebih meningkatkan sabar menghadapi saya yang mudah berubah moodnya. Dan hal itu ia terapkan hingga saat ini.

Barangkali jika dia tak bersikap seperti itu hubungan kami sudah lama kandasnya. Terimakasih sayang. Saya benar-benar bersyukur karena telah dipertemukan dengan dirimu. Saya dan kamu tentunya banyak belajar dari hubungan kita ini. Tak ada yang menjadi dominan atau minoritas. Kita belajar saling memahami. Dan satu hal yang ingin saya sampaikan kepadamu, saya mau tetap menjalani kisah ini bersamamu, sampai nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun