Mohon tunggu...
Nur Inayati Fauziyah
Nur Inayati Fauziyah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Passionate in environmental, early childhood education and globalization issues. Loves to write everything.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Eco-Enzyme: Cairan Ajaib dari Limbah Domestik Bikin Nasib Bumi Jadi Lebih Baik

5 Februari 2024   07:05 Diperbarui: 5 Februari 2024   07:09 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: DokPri edited by Canva

Sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), memasak di dapur sudah menjadi kegiatan yang lazim dilakukan hampir setiap hari. Saya sendiri termasuk IRT yang gemar memasak dan seluruh anggota keluarga di rumah (suami dan kedua anak saya) selalu suka makan di rumah dan hanya sekitar 2-3 kali dalam sebulan kami makan di luar. 

Hal itu tentu jauh lebih hemat dan sehat. Namun, kegiatan memasak setiap hari pastilah menghasilkan sisa sampah dapur yang banyak. Sampah tersebut jika langsung dibuang begitu saja tentu akan berdampak buruk pada lingkungan dan menyebabkan bahaya yang efeknya pun dapat kita rasakan sendiri. 

Belum lagi persoalan pemilahan sampah yang belum banyak orang mau melakukannya. Bahkan di kampung perumahan tempat tinggal saya sendiri, sering mendapatkan tumpukan sampah yang dibuang sembarangan dan menyebabkan bau busuk sehingga mengurangi estetika lingkungan di sekitar perumahan.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang tahun 2022 dan meningkat sebanyak 20,3 juta ton pada tahun 2023. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau sekitar 42,23% diantaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga. Sektor rumah tangga menjadi penyumbang terbesar terhadap sampah nasional di Indonesia.

Walaupun sudah ada peraturan perundang-undangan dalam UU No 18 Tahun 2008 yang mengatur tentang pengelolaan sampah rumah tangga tetapi masih saja banyak orang yang tidak dapat mengelola sampah dengan berwawasan lingkungan. Hal ini menjadikan permasalahan limbah domestik terutama yang berasal dari sampah rumah tangga menjadi persoalan serius yang patut kita tangani bersama.

Eco-Enzyme: Salah Satu Upaya Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik

Suatu hari di bulan Februari 2020, saya melihat video reels di Instagram yang memberikan info tentang eco-enzyme. Saya langsung tertarik melihat video itu karena dibuka dengan hook title "JANGAN BUANG SISA SAMPAH DAPUR SEBELUM KAMU MENONTON VIDEO INI" . 

Jujur saja saya langsung merasa terpacu untuk melakukan hal yang sama walaupun saat itu saya baru pertama kali mendengar dan mengatahui istilah eco-enzyme. 

Sejak menonton video tersebut saya secara konsisten melakukan pemanfaatan limbah domestik dari sampah dapur untuk dijadikan cairan eco-enzyme. Padahal sebelum menonton video tersebut, yang saya tahu bahwa sisa sampah dapur hanya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman saja. Saya bersyukur sekali bahwa video tersebut telah memacu saya untuk berubah dan menjadikan langkahku menjaga lingkungan dari limbah domestik semakin nyata.

Istilah eco-enzyme pertama kali dikenalkan oleh sorang ilmuwan bernama Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand yang merupakan founder dari Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. 

Pada intinya, eco-enzyme merupakan cairan mengandung enzim yang dihasilkan dari sisa sampah organik seperti ampas buah dan sayuran. Cairan tersebut didapatkan dari hasil fermentasi selama 3 bulan dan menghasilkan warna coklat gelap serta memiliki aroma fermentasi asam manis yang sangat kuat. Saya sendiri menyebut cairan eco-enzyme ini sebagai cairan ajaib karena memiliki segudang manfaat yang sangat berguna bagi kehidupan kita sehari-hari.

Cara Pembuatan Eco-Enzyme dari Sisa Sampah Dapur

Untuk membuat eco-enzyme ini pertama kali tentu saja dibutuhkan kemampuan pemilahan sampah antara sampah organik dan non-organik. Saya sendiri di rumah mempunyai 2 tempat sampah besar. Sampah organik merupakan sampah yang bisa di daur ulang kembali seperti sisah buah dan sayuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun