Di warung kopi, suasananya lebih serius tapi tetap kocak. Ada yang pasang taruhan sederhana: siapa yang prediksinya salah harus traktir gorengan se-RT. Tak ada uang besar di situ—yang penting kebersamaan dan keseruan yang jarang datang dua kali seumur hidup.
Anak muda desa bahkan mulai bikin konten TikTok dengan kostum sepak bola. Ada yang joget di sawah, ada pula yang bikin video parodi “konferensi pers pelatih timnas” pakai mic plastik. Kreativitas desa memang tak pernah kalah dari stadion megah mana pun.
Euforia yang Menyatukan, Harapan yang Tak Pernah Padam
Jika Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia, desa-desa di seluruh Nusantara akan menjadi layar hidup dari semangat nasionalisme itu sendiri. Di tempat di mana jalan rusak dan sinyal sering hilang, euforia sepak bola justru menemukan makna paling tulusnya.
Di sana, dukungan tidak datang dari tiket VIP atau jersey asli seharga gaji sebulan, tapi dari hati yang polos dan cinta pada tanah air. Di sana, nasionalisme bukan jargon, tapi tawa di pos ronda, kopi hangat di malam panjang, dan doa sederhana di teras rumah.
Karena bagi orang desa, kebahagiaan bukan tentang menang atau kalah, tapi tentang bisa ikut bersorak bersama, melihat bendera merah putih berkibar di layar televisi kecil, dan merasa: “Itu tim kita, itu bangsa kita.”
Dan seandainya Indonesia benar-benar mencetak sejarah itu, yakinlah—ayam jago akan berkokok lebih cepat dari biasanya. Bukan karena salah waktu, tapi karena ikut bangga jadi bagian dari negeri yang akhirnya berdiri di panggung dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI