Sebagai pendamping desa, kita sering menghadapi tantangan besar dalam menyampaikan program desa kepada masyarakat. Kini, media sosial menjadi saluran efektif untuk menyebarkan informasi ini dengan cara yang lebih mudah dipahami.
Namun, menyampaikan pesan yang rumit bukanlah hal yang mudah. Menteri Desa PDT, Yandri Susanto, telah menunjukkan bagaimana menyederhanakan informasi melalui media sosial, membawa program desa lebih dekat dengan masyarakat dengan bahasa yang sederhana.
Menerjemahkan Bahasa Program ke Bahasa Rakyat
Sore itu, akun Instagram @yandri_susanto kembali mengunggah video singkat. Menteri Desa PDTT Yandri Susanto tampak berbicara santai, mengenakan batik, berdiri di halaman kantor. Topiknya tentang program ketahanan pangan desa.
Alih-alih bicara teknokratis, ia memilih kalimat yang lugas. “Kalau ada dana desa, jangan cuma bikin jalan. Tapi pikirkan juga ketahanan pangan. Bisa bikin kolam ikan, tanam cabai, atau bikin kebun sayur,” ujarnya dalam video itu.
Bagi sebagian pejabat, menjelaskan program desa seringkali berbelit. Banyak istilah teknis dan akronim yang sulit dicerna. Tapi Yandri justru menabrak pakem itu. Ia bicara seperti kawan, bukan seperti birokrat.
Konten yang Merakyat dan Menggugah
Gaya komunikasi seperti ini jarang ditemukan di kalangan pejabat. Yandri mengisi linimasa dengan bahasa yang sederhana, ringan, dan tepat sasaran. Video-video pendeknya menembus sekat formalitas, masuk ke hati para pelaku desa.
Ia bicara tentang regenerasi petani dengan bahasa anak muda. Ia menyampaikan pentingnya musyawarah desa tanpa menggurui. Ia menyampaikan arah kebijakan RPJM Desa dengan menyebut hal-hal nyata yang akrab di kehidupan warga.
Bukan hanya di Instagram, gaya ini ia bawa ke TikTok, X, dan Facebook. Formatnya pun bervariasi: ada reels, ada video statis, ada juga potongan wawancara. Semuanya dikemas untuk menyentuh nalar dan rasa.
Pendamping Desa Bisa Meniru
Gaya Pak Menteri adalah contoh baik yang bisa ditiru para pendamping desa. Apalagi kita sudah punya kewajiban berbagi kegiatan di media sosial. Maka cara menyampaikan menjadi krusial agar konten kita bisa dipahami warga.
Jangan lagi hanya unggah foto rapat dengan caption: “Rapat koordinasi intervensi stunting berbasis RKPDes.” Cobalah gaya baru: “Kami rapat soal cara menurunkan angka anak kurus dan pendek di desa. Ayo, kita cari solusinya bersama!”