Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lebaran Minimalis: Merayakan dengan Kesederhanaan, Berbagi dengan Ketulusan

31 Maret 2025   05:42 Diperbarui: 31 Maret 2025   07:28 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/30/193100823/)

Kesederhanaan ini juga terlihat dalam cara warga desa menyambut tamu. Tidak perlu menyajikan hidangan mewah. Teh hangat dan kue buatan sendiri sudah cukup. Yang lebih penting adalah suasana akrab yang terjalin dalam percakapan yang tulus.

Di kota, Lebaran sering kali identik dengan tuntutan sosial. Baju harus baru, rumah harus dihias, dan hidangan harus berlimpah. Jika tidak, seolah-olah perayaan kurang sempurna. Padahal, kebahagiaan Idulfitri tidak tergantung pada hal-hal materiil.

Lebaran minimalis mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam mengelola sumber daya. Tidak perlu berbelanja berlebihan hanya demi gengsi. Menggunakan barang yang sudah ada justru lebih bijak dan ramah lingkungan. Sebuah kebiasaan yang patut ditiru dari warga desa.

Kebiasaan berbagi juga lebih terasa dalam budaya desa. Tidak hanya kepada keluarga, tetapi juga kepada tetangga dan orang yang membutuhkan. Bantuan diberikan tanpa pamrih, bukan sekadar formalitas atau kewajiban tahunan.

Lebaran di desa juga mengedepankan nilai gotong royong. Persiapan perayaan dilakukan bersama-sama. Dari membersihkan masjid, memasak hidangan, hingga mengatur jalannya takbiran, semua dilakukan dengan semangat kebersamaan.

Anak-anak di desa tumbuh dengan pemahaman bahwa kebahagiaan tidak harus mahal. Mereka senang bermain dengan teman sebaya tanpa memikirkan baju baru atau hadiah mahal. Kebersamaan lebih penting dibandingkan kepemilikan barang.

Di tengah perubahan zaman, kita bisa belajar dari desa. Merayakan Lebaran dengan sederhana bukan sekadar pilihan, tetapi juga bentuk kepedulian. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan dan generasi mendatang.

Menjadikan Lebaran lebih minimalis bukan berarti mengurangi kebahagiaan. Justru sebaliknya, ada ruang lebih luas untuk merasakan ketulusan dalam berbagi. Tidak perlu gengsi atau berlomba dalam kemewahan. Yang utama adalah kebersamaan yang hadir tanpa beban materialisme.

Lebaran minimalis juga dapat mengurangi beban finansial. Banyak keluarga yang berutang demi memenuhi standar perayaan. Dengan menerapkan kesederhanaan, kita bisa menghindari tekanan ekonomi yang tidak perlu.

Pada akhirnya, esensi Idulfitri terletak pada hati yang kembali suci. Bukan pada pakaian baru, makanan mewah, atau dekorasi rumah. Kesederhanaan justru membawa kita lebih dekat pada makna sejati Lebaran: berbagi kebahagiaan dengan ketulusan.

Lebaran minimalis, Lebaran yang lebih bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun