Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gadai Peduli: Solusi Finansial bagi UMKM dan Masyarakat Desa

24 Maret 2025   04:11 Diperbarui: 24 Maret 2025   04:11 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadai Peduli (Sumber: money.kompas.com/read/2020/04/27/091221226/pegadaian-berikan-bunga-0-persen-ini-syaratnya#google_vignette)

Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan finansial sering kali muncul secara mendadak. Biaya kesehatan, pendidikan, hingga modal usaha menjadi tantangan tersendiri bagi banyak orang. Sayangnya, akses terhadap layanan keuangan formal masih terbatas, terutama bagi masyarakat kecil dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Gadai Peduli hadir sebagai solusi inklusif bagi mereka yang membutuhkan dana cepat tanpa proses yang rumit. Program ini tidak hanya memberikan pinjaman berbasis agunan, tetapi juga menjadi salah satu instrumen inklusi keuangan yang efektif.

Pegadaian, sebagai lembaga keuangan nonbank, memiliki peran penting dalam memperluas akses pembiayaan bagi masyarakat yang belum tersentuh oleh sistem perbankan formal (Kompas, 2024). Inklusi keuangan menjadi kunci dalam menggerakkan ekonomi masyarakat bawah.

Ketika akses terhadap pinjaman lebih mudah, peluang untuk mengembangkan usaha semakin terbuka. Gadai Peduli yang dikelola Pegadaian telah membuktikan perannya sebagai jembatan bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan modal kerja.

Berbagai laporan menunjukkan bahwa program ini berhasil meningkatkan daya saing usaha kecil serta mengurangi ketergantungan pada pinjaman informal yang sering kali berbunga tinggi (RRI, 2024). Hal ini menjadi angin segar bagi pelaku UMKM.

Di desa-desa, peran pesantren dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga semakin strategis dalam mendukung penguatan ekonomi lokal. Pesantren yang memiliki basis komunitas kuat dapat menjadi agen inklusi keuangan dengan mengintegrasikan layanan keuangan syariah ke dalam ekosistem ekonomi mereka.

Program PRA-EPIKS yang digagas Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menjadi contoh bagaimana BUMDes dapat berperan sebagai perantara keuangan syariah. Program ini memudahkan akses masyarakat terhadap layanan perbankan syariah, zakat, dan wakaf produktif (KNEKS, 2024).

Kerja sama antara Kementerian Agama dan Kementerian Desa juga semakin diperkuat dalam upaya pemberdayaan ekonomi berbasis keagamaan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Pemanfaatan aset-aset pesantren dan BUMDes dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menjadi agenda penting. Dengan berbagai kebijakan yang mendukung, pengembangan ekonomi berbasis komunitas semakin mendapatkan perhatian.

Dalam konteks pemberdayaan UMKM, pendekatan berbasis komunitas menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan. Pesantren dan BUMDes, dengan jejaring sosial yang kuat, mampu memberikan pendampingan bagi masyarakat untuk mengelola keuangan secara lebih baik.

Literasi keuangan menjadi aspek penting yang perlu terus diperkuat agar masyarakat dapat memanfaatkan program seperti Gadai Peduli secara optimal. Pendidikan keuangan yang baik membantu masyarakat mengelola risiko finansial dengan lebih baik.

Masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai perencanaan keuangan, termasuk bagaimana mengelola pinjaman dengan bijak. Tanpa pemahaman yang cukup, risiko kredit macet bisa semakin besar, yang justru berpotensi menambah beban ekonomi masyarakat kecil.

Gadai Peduli menjadi salah satu bentuk solusi yang lebih terjangkau dibandingkan pinjaman informal berbunga tinggi. Program ini memastikan masyarakat mendapatkan akses keuangan yang lebih aman dan tidak terbebani dengan suku bunga yang tidak wajar.

Selain itu, peran pemerintah dalam mendukung inklusi keuangan sangatlah penting. Regulasi yang berpihak pada masyarakat kecil harus terus dikembangkan agar mereka tidak terjebak dalam skema pembiayaan yang merugikan.

Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di berbagai daerah kini mulai merasakan manfaat dari program pembiayaan berbasis gadai. Akses yang lebih mudah ini diharapkan bisa memperkuat perekonomian di tingkat akar rumput.

Banyak UMKM yang sebelumnya sulit mendapatkan modal kini bisa bertahan dan berkembang berkat program gadai yang lebih inklusif. Mereka dapat memperluas usaha dan meningkatkan produktivitas tanpa terbebani prosedur perbankan yang kompleks.

Kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan komunitas lokal sangat diperlukan agar inklusi keuangan benar-benar berjalan efektif. Setiap pemangku kepentingan harus memiliki peran dalam memperluas akses keuangan bagi masyarakat kecil.

Pesantren dan BUMDes yang memiliki peran besar dalam masyarakat desa harus diberikan dukungan lebih lanjut. Dengan demikian, mereka bisa menjadi lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas yang berkelanjutan.

Pemerintah juga harus memberikan stimulus agar masyarakat desa dapat lebih mandiri secara ekonomi. Bantuan teknis dan pelatihan literasi keuangan bisa menjadi langkah konkret dalam membangun ekonomi lokal yang lebih tangguh.

Inklusi keuangan tidak hanya tentang kemudahan mendapatkan pinjaman, tetapi juga tentang membangun pola pikir ekonomi yang lebih cerdas. Masyarakat perlu memahami bahwa pengelolaan keuangan yang baik adalah kunci kesejahteraan jangka panjang.

Dengan semakin berkembangnya program inklusi keuangan, harapan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa semakin terbuka lebar. Keuangan yang lebih mudah diakses bisa menjadi faktor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih adil dan merata.

Kehadiran program-program pembiayaan yang lebih inklusif seperti Gadai Peduli memberikan harapan bagi banyak pelaku usaha kecil. Dengan kebijakan yang tepat, masyarakat desa bisa lebih berdaya secara ekonomi.

Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga keuangan, pesantren, dan BUMDes, bisa menjadi solusi untuk mengatasi kendala ekonomi di lapangan. Akses keuangan yang lebih baik bisa membantu masyarakat keluar dari jerat kemiskinan.

Inklusi keuangan bukan sekadar tentang akses ke pinjaman, tetapi juga tentang membangun fondasi ekonomi yang lebih berdaya dan berkelanjutan bagi masyarakat luas. Dengan pendekatan yang tepat, harapan untuk menciptakan ekonomi desa yang lebih mandiri bisa diwujudkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun