Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menghidupkan Kembali Tradisi Sehat Ramadan

11 Maret 2025   04:01 Diperbarui: 11 Maret 2025   09:16 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sselepas berjamaah subu di Masjid, anak-anak melakukan jalan pagi (Sumber: kompasiana.com/thsalengke/)

Ramadan membawa berkah, bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam gaya hidup sehat. Salah satu tradisi yang dulu mengakar di desa-desa di Lombok adalah berjalan kaki selepas shalat subuh berjamaah. Seiring waktu, kebiasaan ini mulai pudar, terutama di kalangan anak muda.

Dulu, selepas subuh, beberapa jalan desa di Lombok ramai oleh langkah-langkah jamaah. Mereka berjalan santai, menikmati udara pagi, berbincang ringan, hingga matahari terbit. Kini, pemandangan itu jarang terlihat. Hanya tersisa para orang tua dan anak-anak yang masih mempertahankan kebiasaan ini.

Perubahan ini bisa jadi karena perubahan gaya hidup. Anak muda lebih memilih kembali ke tempat tidur atau sibuk dengan gawai mereka. Padahal, berjalan kaki di pagi hari memberikan banyak manfaat bagi tubuh, terutama di bulan puasa.

Menurut penelitian dalam jurnal Frontiers in Physiology (2021), olahraga ringan seperti jalan kaki di pagi hari dapat meningkatkan sirkulasi darah, memperbaiki metabolisme, dan menjaga kebugaran tubuh selama berpuasa. Selain itu, sinar matahari pagi membantu tubuh mendapatkan vitamin D yang penting bagi kesehatan tulang.

Tak hanya itu, kebiasaan ini juga memperkuat ikatan sosial. Jalan pagi selepas subuh menjadi momen kebersamaan, ajang bertukar cerita, dan menjaga harmoni di lingkungan desa. Tradisi ini tak sekadar olahraga, tetapi juga membangun kedekatan antarwarga.

Agar tradisi ini kembali hidup, anak muda perlu dilibatkan lebih aktif. Caranya bisa dimulai dengan pendekatan yang lebih menarik. Misalnya, membentuk komunitas jalan sehat Ramadan yang dikemas dengan kegiatan kreatif.

Di beberapa daerah, kegiatan serupa sukses dihidupkan kembali dengan cara yang lebih modern. Di Yogyakarta, komunitas Jogja Runners rutin mengadakan jalan selama Ramadan, dikombinasikan dengan tantangan kebugaran. Hal ini bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa di Lombok.

Pendekatan lain adalah menggunakan media sosial sebagai alat ajakan. Kampanye digital dengan foto dan video tentang manfaat jalan pagi bisa menarik perhatian anak muda. Mereka lebih responsif terhadap ajakan yang dikemas secara menarik.

Keterlibatan tokoh desa juga penting. Imam masjid, kepala desa, atau pemuda berpengaruh bisa menjadi penggerak utama. Mereka dapat mengajak generasi muda untuk kembali membangun kebiasaan ini, misalnya dengan mengadakan program bertema "Subuh Sehat, Ramadan Berkah."

Dorongan dari keluarga juga memiliki peran besar. Orang tua dapat mengajak anak-anak mereka sejak dini untuk ikut serta. Kebiasaan yang dibangun sejak kecil cenderung bertahan hingga dewasa. Dengan begitu, regenerasi tradisi ini tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun