Di sisi lain, pilihan untuk tetap berada di pesantren juga mencerminkan sikap sederhana yang diajarkan dalam tradisi pesantren. Para santri tidak tergoda oleh gemerlap dunia luar, meskipun mereka memiliki kesempatan untuk itu. Mereka lebih memilih kesederhanaan yang bermakna daripada kesenangan yang bersifat sementara.Â
Kesederhanaan ini, seperti yang dijelaskan oleh Clifford Geertz dalam The Religion of Java, adalah salah satu karakteristik utama pesantren yang membedakannya dari institusi pendidikan lainnya.
Namun, kesederhanaan ini bukan berarti para santri anti-hiburan atau tidak memiliki keinginan untuk bersenang-senang. Mereka tetap menikmati malam tahun baru dengan cara mereka sendiri.Â
Menyaksikan kembang api dari kejauhan, mendengarkan suara meriah dari pusat perayaan, dan berbincang dengan teman-teman tentang mimpi-mimpi mereka sudah cukup untuk membuat malam itu terasa istimewa.
Kehadiran malam tahun baru di pesantren juga menjadi pengingat akan pentingnya komunitas. Para santri merayakan momen itu bersama-sama, menciptakan kebersamaan yang mendalam. Dalam buku Pesantren and Its Role in Developing Character Education karya Abdurrahman Mas’ud, disebutkan bahwa pesantren adalah lingkungan di mana nilai-nilai kolektivitas dan kebersamaan diajarkan dan dipraktikkan setiap hari. Malam tahun baru menjadi salah satu momen di mana nilai-nilai ini terlihat nyata.
Mungkin para senior alumni pesantren Al-Aziziyah masih banyak yang mengingat tentang tahun baru di pesantren. Apa yang dilakukan oleh para santri Al-Aziziyah pada malam tahun baru memberikan pelajaran berharga bagi kita semua.Â
Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh dengan distraksi, mengambil waktu untuk bermuhasabah dan merefleksikan diri adalah hal yang sangat penting. Malam tahun baru tidak harus selalu diisi dengan perayaan yang meriah. Terkadang, keheningan dan introspeksi bisa memberikan makna yang lebih dalam.
Selain itu, pilihan untuk tetap berada di pesantren menunjukkan pentingnya kesederhanaan dan kebermaknaan dalam hidup. Dalam era di mana konsumsi dan hiburan sering kali menjadi tujuan utama, para santri mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri. Kebahagiaan sejati adalah hasil dari ketenangan batin dan kedekatan dengan Tuhan.
Tradisi pesantren yang menekankan pada refleksi, kesederhanaan, dan komunitas adalah sesuatu yang patut ditiru, tidak hanya oleh santri, tetapi juga oleh masyarakat umum.Â
Nilai-nilai ini relevan dalam setiap aspek kehidupan, dari pendidikan hingga kehidupan sehari-hari. Dalam konteks malam tahun baru, nilai-nilai ini memberikan alternatif yang lebih bermakna daripada sekadar perayaan yang bersifat sementara.
Sebagai penutup, malam tahun baru di Pesantren Al-Aziziyah pada tahun 1995 bukanlah malam yang dipenuhi dengan pesta dan kembang api. Namun, itu adalah malam yang penuh dengan makna, di mana para santri bermuhasabah, merencanakan masa depan, dan merayakan kebersamaan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!