Dengan menyembelih hewan akikah, orang tua seperti sedang mengorbankan sisi duniawi yang mungkin akan membebani perjalanan ruhani sang anak kelak. Anak diperkenalkan pada nilai pengorbanan, tauhid, dan keterlepasan sejak dini --- meski ia belum bisa memahami itu secara intelektual.
Anak Bukan Warisan
Dalam kaca mata tasawuf, akikah bukan sekadar ritual keluarga, tapi praktek awal "tajrid sosial": mengenalkan bahwa hidup bukan soal memiliki, tapi melepaskan. Bahwa anak itu bukan warisan gen semata, tapi amanah untuk diarahkan menjadi makhluk Allah yang bebas dari tirani dunia, dan terikat hanya kepada-Nya.
Singkatnya tajrid--- melepaskan keterikatan duniawi dari seorang anak. Ia lahir dalam keadaan fitrah, dan lewat akikah, ia 'dipotong' dari ikatan keakuan, egosentrisme, dan dijadikan bagian dari tauhid.
Seperti Ismail ke Ibrahim
Karena itu dalam beberapa tafsir makrifat, akikah juga dimaknai sebagai penyerahan anak kepada Tuhan. Seperti Ismail kepada Ibrahim. Orang tua menunduk, menyembelih ego, menyatakan: "Ya Allah, anak ini bukan milikku. Ini titipan-Mu."
Makanya kalau akikah hanya menjadi alasan bagi tukang katering untuk naik omzet, lalu Barzanji dibaca asal-asalan, anak tak pernah tahu bahwa dirinya pernah disyukuri sedemikian rupa---ya sayang sekali. Kita potong kambing, tapi lupa potong kesombongan.
Zaman berubah. Tapi semangat akikah tetap bisa relevan. Di era digital, akikah bisa disiarkan lewat Zoom, ditonton lewat Instagram Live. Tapi nilai-nilai dalamnya tak boleh hilang: syukur, ketundukan, keterhubungan sosial dan spiritual.
Deklarasi Siap Jadi Orang Tua
Dan kepada para orang tua masa kini, akikah bukan hanya soal menyembelih hewan. Tapi menyembelih ketidaksiapan. Akikah adalah deklarasi bahwa kamu siap jadi orang tua. Siap menanggung dunia dan akhirat untuk anak yang kamu peluk.
Jadi, jika anak Anda belum diaqiqahi karena saat lahir Anda belum punya uang, lakukanlah saat Anda sudah mampu. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dan jika Anda sudah tua, rambut sudah putih, tapi merasa belum pernah disyukuri lahir Anda---maka sembelihlah seekor kambing, lalu undang teman-teman Anda, baca Al-Fatihah, dan bilang: "Hari ini, saya merayakan keberadaan saya di dunia."