Mohon tunggu...
Money

Mencari Rezeki yang Halal

20 September 2016   09:56 Diperbarui: 20 September 2016   10:17 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Masalah rezeki merupakan suatu hal yang menarik dan banyak menyita perhatian manusia. Sehingga banyak yang sudah menjadi budaknya, sampai rela menghalalkan segala cara demi mendapatkan rezeki yang melimpah. Bahkan yang lebih parah lagi ada sebagian umat manusia yang menganggap bahwa berpegang pada ajaran islam akan mempersulit dalam mencari rezeki.

Sebagian dari umat islam, ada yang masih berpegang teguh dalam syariat islam. Akan tetapi mereka dalam mencari rezeki atau apapun di bidang ekonomi masih tetap menutup mata dari sebagian aturan islam. Terutama berkenaan dengan etika berbisnis dan hukum halal haram. Dari sinilah umat islam bertolak belakang dalam hal mencari rezeki. Ada sebagian umat islam yang sangat berhati hati dalam kehalalan mencari rezeki, akan tetapi sebagian yang lain bersifat materialistis dan berperinsip “yang penting perut kenyang” tanpa peduli apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram. Seperti yang telah di ungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya.

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالى المَرْأ بِمَا اَخَذَ المَالُ أَمِنْ حَلاَلٍ أَم مِنْ حَرَامٍ

Artinya: “Akan datang suatu masa pada umat Manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram”. [Shohih, HR. Al - Bukhori dan An – Nasa’I dari hadis Abu Hurairoh, Shahih At – Tagrib no.1722 ].

Jatah rezeki halal yang didapat oleh seseorang, akan berkurang karena pekerjaan haram yang ditempuh. Tidak jarang manusia di dunia ini sudah putus asa dalam mencari kerja (rezeki) yang disebabkan membengkaknya Sumber Daya Manusia, akan tetapi jumlah lowongan pekerjan tidak bertambah (sedikit). Sehingga tidak sedikit pula manusia yang berprinsip yang penting dapat rezeki tanpa memerdulikan pekerjaan itu halal atau haram. Hal tersebut sudah di isyaratkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis berikut ini.

اِنَّ رَوْحَ القُدُوسِ نَفَثَ فى رَوْعِيْ اِنَّ نَفْسًا لَا تَمُوتُ حَتّى تَسْتَكمِلَ رِزْقُهَا , فَاتّقُوا اللهَ وَاجْمِلُوْا فِى الطّلَبِ , وَلَا يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَأ الرِّزْقَ اَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِ اللهِ , فَإنَّ اللهَ لَا يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا بِطَاعَطِهِ.

Artinya: “Sesungguhnya roh qudus (Jibril), telah membisikan kedalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertaqwalah kepada allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada allah. Karena rezeki disisi alllah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya”.(HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al – Mu’jam Al-Kabir 8: 166,hadis shahih.Lihat Silsilah Al-hadits As-Shahih No. 2866).

Dari keterangan hadis di atas, dapat dipahami bahwasanya kita diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal. Jangan sampai dalam mencari rezeki kita sampai melakukan tindakan yang menjurus kepada ma’siat kepada Allah SWT. Dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan rezeki yang diharapkan, tanpa memerdulikan bagaimana rezeki itu didapat. Intinya orang yang seperti itu adalah orang yang tidak sabar. Seandainya mau bersabar dalam mencari rezeki, tetap Allah beri karena jatah rezeki yang halal sudah ada. Mari kita renungkan perkataan dari Ibnu Abbas RA sebagai berikut.

مَا مِنْ مُؤمِنٍ وَلَا فَاجِرٍ اِلَّا قَدْ كَتَبَ الله تعالى لَهُ رِزْقُهُ مِنَ الحَلاَلِ فَاِنَّ صَبرَ حَتَّى يَأتِيْهِ اَتَاهُ اللهُ تعالى وَانّ جَزعَ فَتَنَاوَلُ شَيْأً مِنَ الحَرَامِ نَقَصَهُ اللهُ مِنْ رِزْقِهِ الحَلاَلِ

Artinya: “Seorang Mukmin dan seorang Fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah SWT akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya”. (Hilyatul Auliya’, 1: 326)

Allah SWT telah mengatur rezeki bagi seluruh Makhluq ciptaan-Nya, baik Manusia Jin Syaitan Hewan tanpa terkecuali. Ada jatah rezeki bagi orang Kafir begitu juga rezeki bagi orang Mu’min. Bahkan yang dijatahkan adalah rezeki yang halal. Sehingga diberinya rezeki bukanlah standar dari ibadah dan tingkat keimanan sesorang, karena ahli maksiat pun ada jatah rezeki baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun