[caption caption="detiknews/kabarngawur.blogspot"][/caption]Peran mahasiswa untuk mengontrol penyelenggara negara demi menuju kebaikan dan kemaslahatan umat memang tidak diragukan lagi dan ada hasilnya yang bisa kita rasakan hingga kini. Contoh dalam pergerakannya menumbangkan rezim firaun otoriter di bawah kendali Jenderal Purnawirawan Soeharto membuahkan hasil seperti adanya Pilpres langsung dan Pilkada langsung serta amandemen UUD 1945 yang di jaman Orde Baru nyaris dianggap sebagai kitab suci itu. Tapi itu dulu, sekarang jaman sudah berubah. Jaman reformasi yang gadget dijadikan kiblat dalam aspek kehidupan saat ini tak ada lagi gerakan mahasiswa yang peka terhadap kebatilan dan kemunkaran seperti dulu. Idealisme mahasiswa yang dulu pernah menjadi kebanggaan anak-anak mahasiswa itu sekarang sudah hilang entah ke mana.
Yang menjadi pertanyaan, kenapa mahasiswa sekarang berjiwa labil tidak percaya diri bahkan ada kesan bisa dibelokkan arah perjuangannya, dan yang lebih parah lagi bisa dipesan untuk demo dalam kepentingan politik tertentu dengan tujuan tertentu pula. Kecurigaan demikian muncul bukan tanpa sebab. Dengan diamnya mahasiswa atas peristiwa yang membuat aib bangsa dengan terkuaknya kasus “Papa Minta Saham” misalnya, sudah berjalan beberapa hari ini peran mahasiswa masih tetap senyap, nyaris tak terdengar. Ke mana engkau gerangan hai mahasiswa? Beda dengan demo mahasiswa yang membuat ramai di depan istana kepresidenan misalnya. Saat itu bahkan BEM-SI meneriakkan yel-yel agar presiden turun dari jabatannya. Dengan perbedaan perlakuan mahasiswa terhadap penyelenggara negara antara eksekutif dan legislatif bahkan ini bukan lagi terhadap lembaganya tetapi perilaku memalukan dari Pimpinan Tetinggi Lembaga Negara, desakan mundur yang berasal dari kelompok mahasiswa tidak ada sama sekali.
Tak salah kiranya kemudian timbul kecurigaan dari beberapa lapisan masyarakat bahwa mahasiswa sekarang bisa dibeli, hitung-hitung bisa buat tambah-tambah bayar biaya UKT. Ada pula yang menduga-duga bahwa mahasiswa sekarang sudah dipelihara oleh kepentingan politik tertentu untuk menyerang lawan politiknya, bahkan ada pula tuduhan, ini akibat mahasiswa sudah tercuci otaknya dari golongan tertentu untuk tujuan tertentu pula. Bila berbagai stigma negatif terhadap mahasiswa seperti itu muncul, tidak menutup kemungkinan bahwa kenyataan seperti itu memang ada. Indikatornya bahwa sudah berjalan sekian hari modus kejahatan intelektual “papa minta saham” ini mahasiswa masih bisa terlelap tanpa ada rasa kepekaan sosial dalam dirinya. Terus sampai kapan mahasiswa mau tergerak hatinya menyikapi perilaku menyimpang dari pimpinan dewan seperti ini, atau mahasiswa memang benar-benar menjadi piaraan partai politik tertentu seperti nampak pada gambar-gambar di bawah ini.
[caption caption="poskotanews : Contoh demo mahasiswa yg ditunggangi politik. Lihat lambang garuda merah dan tiga bintang, mengingatkan pada parpol tertentu"]

[caption caption="sindonews. Contoh demo mahasiswa berjiwa labil, menulis freeport saja salah ckckck."]

[caption caption="sindonews : contoh demo mahasiswa yg diarahkan sesuai pesanan"]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI