Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembang Mayang

7 Mei 2018   12:18 Diperbarui: 7 Mei 2018   12:38 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku seperti berdialog kembali dengan diriku sendiri saat mendengar kata 'Jogjakarta'.

Aku tidak paham dengan kata orang tentang seberapa hangatnya kota ini menerima tamu. Atau, sebegitu ramahnya ia menyambut kesedihan orang orang yang menyambang membawa patah hati. Mungkin iya, mungkin benar. Dengan menjejakkan kaki di bumi istimewa ini, kau bisa jatuh cinta kembali. Kembali mengukir rasa damai yang terkuras di hari harimu yang lalu saat kau habiskan di kota lain. Jogja punya itu semua, terapi penyembuhan.

Lalu bagiku, manusia yang kubilang sederhana tapi tak disetujui oleh pihak pihak yang lain ketika aku mengatakan hal itu, bagiku Jogja adalah tempat dimana segala imajinasi dan definisi keindahan terukir. Meluangkan waktu satu atau dua malam dengan mengaduk aduk isinya tak kan mengundang rasa bosan, malah menimbulkan rasa penasaran yang menyala nyala. Mungkin benar jika Jogja bisa secerdas itu menjadikan dirinya 'menempel' pada ingatan seseorang, kuat sekali.

"Main manten mantenannya nanti aja ya Ndhuk, sekarang bantu Bulik dulu menyiapkan buat Kangmasmu"

Aku tersenyum, beberapa diantara kami malah tertawa.

"Ya masih lama tho Bulik, belum menyiapkan ini itu. Calon juga belum dibawa ke rumah " dari sudut ruangan ibuku menimpali. Jemarinya penuh dengan pacar, seolah beliaulah yang akan resepsi besok.

"Yo tidak apa apa, nanti kalo sudah ada yang melamar langsung aja. Nunggu apa lagi, wong pekerjaan sudah di tangan" Bulik Tanti masih kekeh dengan pendapatnya, dia katakan aku harus menikah paling tidak dua tahun setelah hari ini. Aku hanya tersenyum, mencicil kelegaan di hati sanak keluarga yang kali ini sedang berkumpul. Aku juga berharap hal serupa, Bulik.

"Mbak Sekar kan belum punya pacar"

Raka, adikku yang baru masuk SMP tahun ini ikut ikutan berembug. Gemas, kucubit pinggangnya. Semua orang tertawa.

"Iya, nggak kaya Raka yang pacarnya banyak. Itu loh Buk, pacarnya Mas Raka ada tiga" kubalas pernyataan adikku. Dia tersipu sipu sambil mengelak "Enggak Buk, Pakdhe, Bulik.. Raka nggak pacaran" dan kami semua tertawa.

Pernikahan abangku dilangsungkan di Jogja. Entah, mungkin ini memang disengaja karena memang calon istri abangku berasal dari Jogja. Namun rasanya tidak mudah buatku untuk datang kembali pada kota ini. Jarak Makasar Jogja dan kesibukan proyekku yang menyita banyak waktu adalah alasan utama mengapa aku tak bisa berlama lama bahkan dalam suatu acara keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun