Mohon tunggu...
Imla Qolbi
Imla Qolbi Mohon Tunggu... Freelancer - Rakyat biasa

Membaca adalah caraku melihat dunia. Menulis adalah caraku mengabadikan peristiwa. Rumah lain di dunia maya ada di https://www.imlaqolbi.my.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seatap dengan Mertua, Yakin Horor?

11 Mei 2024   12:19 Diperbarui: 11 Mei 2024   12:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KlikDokter

Membina rumah tangga yang harmonis adalah idaman muda mudi yang telah menemukan tambatan hati. Berburu cincin, deg-degan menyambut hari pernikahan, senyum simetris kepada para tamu undangan, menjadi rona bahagia dalam menyambut hidup baru sebagai suami istri.  Jalan-jalan dan bulan madu pun menjadi hal yang dinantikan setelah resmi.

Namun, jangan lupa. Hidup baru berarti juga adaptasi kebiasaan baru. Adaptasi dengan pasangan, dengan keluarga pasangan, lingkungan, dan sanak saudara yang baru pula. Hidup baru berarti juga tantangan baru. Beruntung bagi mereka yang ketika suara "SAH" ramai bergemuruh langsung menempati rumah sendiri. Hidup mandiri tanpa campur tangan kedua keluarga.

Lalu, bagaimana jika setelah menikah harus tinggal bersama mertua? Ups. Katanya horor. Benarkah demikian?

Mertua dan Menantu Bisa Akur? 

Seakan sudah menjadi hal yang lumrah kalau mertua dan menantu yang tinggal seatap sering tidak akur. Terutama apabila menantu perempuan dengan mertua perempuan. Hal ini dikarenakan seringnya kita mendengar cekcok antara menantu perempuan dengan mertua perempuan. Pada akhirnya mereka masak sendiri-sendiri dalam satu rumah, atau mertua akhirnya membuat rumah sendiri di samping  atau di belakang rumah utama.

Tentu saja tidak semuanya demikian. Ada pula menantu dan mertua yang akur dan bisa hidup satu atap bahkan hingga maut yang memisahkan. Lalu, apa yang harus dilakukan agar hal itu bisa terwujud dan menebas stigma di masyarakat bahwa hidup seatap dengan mertua itu horor?

1. Komunikasi adalah Poin Terpenting


Membangun komunikasi yang baik dengan mertua adalah kunci utama agar hidup seatap dengan mertua tidak terasa horor. Memang benar, menantu adalah anak orang lain, bukan anak kandung. Perlakuan dan sikapnya pun tidak akan sama. Walau tidak terlalu kentara.

Di sinilah menantu perempuan harus mau berusaha. Bangun komunikasi yang baik dengan mertua secara perlahan. Caranya? Tidak perlu menjadi cerewet dan sering bercerita kepada mertua. Apalagi kalau memang watak si menantu bukan orang yang supel.

Cukup sempatkan waktu beberapa menit setiap hari untuk ngobrol atau sekedar bertanya, " dari mana, Bu?" atau pernyataan basa-basi lainnya yang tidak terlalu penting. Karena di sinilah basa-basi menjadi penting. Jangan lupa untuk menatap wajahnya dan memberikan seulas senyum ketika berbicara. Dengan cara demikian, mertua akan merasa dihargai, dan mertua pun akan respeck dengan kita.

Kalau masih susah memulai, manfaatkanlah adanya orang ketiga. Eh? maksudnya suami, saudara, atau tetangga ketika berkumpul. Kita bisa sedikit-sedikit berinteraksi kepada mertua. Basa-basi ini bertujuan untuk membiasakan diri berbicara dengan mertua. Jangan lupa, gunakan bahasa yang sopan. Karena bagaimanapun kita sedang ada di rumah orang lain.

2. Coba Pahami Perasaan Mertua

"Kalau yang tua sedang tidak waras, maka yang muda harus tetap waras." Begitulah semboyan yang sering penulis gunakan untuk memotivasi diri sendiri. Hidup seatap dengan mertua memeang butuh effort yang lebih. Kadang kala kita merasa tidak enak mau melakukan ini dan itu. Tapi tidak apa. Itu juga termasuk tantangan dalam rumah tangga. Bagaimana caranya kita bisa tetap enjoy walau ada di rumah mertua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun