Mohon tunggu...
Imelda Aprillia Sitanggang
Imelda Aprillia Sitanggang Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Seni

Karena Ku Dirimu: Makna di Balik Goresan Sketsa

11 Juni 2025   23:27 Diperbarui: 11 Juni 2025   23:32 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1; “Karena Ku Dirimu” karya Amaliah Nazar Hilhami

Seni bukan hanya tampilan visual yang memanjakan mata, melainkan cerminan mendalam dari jiwa manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Rondhi (2017), seni muncul sebagai hasil dari ungkapan batin seseorang, sebuah sarana untuk menyampaikan emosi dan pemikiran yang sulit diekspresikan secara langsung. Ketika seorang seniman mencipta, ia sebenarnya sedang berkomunikasi melalui bentuk yang tak konvensional. Dalam setiap karya, tersimpan cerita, pengalaman, dan suasana hati yang ingin dibagikan kepada orang lain. Dengan demikian, karya seni dapat dipahami sebagai sarana ekspresi jiwa yang membentuk jalinan komunikasi antara pembuat dan penikmatnya.

Proses kreatif dalam berkarya erat kaitannya dengan imajinasi, atau yang disebut juga sebagai daya hayal. Menurut Tarsa (2016), imajinasi adalah cara otak merespons dan mengolah apa yang dialami lewat pancaindra, baik berupa suara, visual, maupun perasaan. Imajinasi memberi ruang bagi seniman untuk membentuk dunia baru dari pengalaman nyata, lalu menerjemahkannya ke dalam karya visual. Ketika seorang seniman melihat sebuah peristiwa, imajinasinya akan menginterpretasi dan mengubahnya menjadi simbol atau bentuk yang dapat menyampaikan perasaan tertentu. Dengan begitu, karya seni tidak hanya menjadi representasi dari apa yang terlihat, tetapi juga dari apa yang dirasakan dan dipikirkan secara mendalam.

Karya seni sering kali berangkat dari respons seniman terhadap isu-isu sosial maupun fenomena di sekitarnya. Patriansyah (2020) menyatakan bahwa seni merupakan refleksi cara pandang seniman terhadap lingkungannya. Artinya, karya seni tidak tercipta secara acak, melainkan sebagai hasil dari pengamatan, pengalaman, bahkan kritik terhadap kondisi yang sedang terjadi. Dalam pameran seni, karya yang dipamerkan kerap kali berbicara tentang tema-tema tertentu yang relevan dengan konteks zaman. Oleh karena itu, seni menjadi media penting yang tidak hanya menyampaikan estetika, tapi juga membawa pesan dan makna yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Selain sebagai wujud refleksi, seni juga memiliki kekuatan ekspresif yang kuat. Menurut Karamina dan Setijanti (2013), unsur ekspresif dalam seni terletak pada kesan atau perasaan yang ditimbulkan oleh karya tersebut. Ekspresi ini dapat muncul dari berbagai unsur visual seperti garis, tekstur, atau komposisi yang digunakan oleh seniman. Bahkan dalam kesederhanaannya, sebuah karya bisa menimbulkan kesan emosional yang mendalam pada penikmatnya. Inilah yang menjadikan seni begitu subjektif: satu karya bisa menghadirkan interpretasi dan pengalaman emosional yang berbeda bagi setiap orang. Maka, seni bukan hanya tentang apa yang tampak, tetapi tentang apa yang dirasakan dan dimaknai oleh masing-masing individu.

            Dalam sebuah pameran seni sketsa dan drawing dengan judul “TUBUH ARENA” yang digagas oleh Mahasiswa Seni Rupa UPI angkatan 2023, berabagai karya sesuai tema dipamerkan dengan bangga di The Hallway Space, Bandung. Judul Pameran “TUBUH ARENA” yang dimaknai Tubuh adalah Arena, tempat diamana berbagai pengalaman, konflik, pencarian jati diri serta wacana masyarakat beradu dan berproses. Di dalam tubuh terdapat jejak peradaban, sejarah, lka dan harapan, ungkap Sahrul Dea Putra sebagai ketua pelaksana dari paneran seni sketsa dan drawing ini.

            Sejalan dengan itu, salah satu karya yang terpajang dalam pameran menjadi bukti bahwa seni mengandung makna yang mendalam dibalik goresan sketsa diatas kertas. Sebuah karya berjudul Karena Ku Dirimu yang tergambar di atas kertas woodstock, sebuah kertas dengan bahan baku 80% daur ulang kertas dan karton. Alat yang digunakan dalam karya tersebut diantaranya charcoal, drawing pen dan ink yang akhirnya menciptakan sebuah karya seni monokrom dengan makna yang dalam di baliknya.

Dalam karya ini, sosok ayah dan ibu dihadirkan sebagai entitas agung yang mewakili dua kutub semesta: ayah sebagai matahari yang besar dan penuh daya, serta ibu sebagai bulan yang teduh dan misterius. Keduanya duduk berdampingan, mengelilingi seorang anak kecil yang terletak di tengah komposisi, sebagian tubuhnya tampak larut dalam latar menyerupai rahim. Pandangan sang anak yang tertuju pada kedua orang tuanya mengandung rasa ingin tahu yang dalam seolah mencari arah di tengah benturan dua kekuatan besar: cahaya yang tegas dan bayang yang samar. Anak menjadi titik pusat yang diliputi oleh simbol keseimbangan antara kepastian dan keraguan.

Empat lengan orang tua yang membentuk suatu ruang simbolik menjadi penanda medan emosional tempat harapan dan kenyataan saling beradu. Di dalamnya, anak tumbuh, belajar memahami siapa dirinya dan kemana ia melangkah. Gagasan tentang keluarga di sini menjelma seperti tata surya dalam skala kecil: sistem yang bergerak selaras, namun bisa rapuh bila keseimbangannya terganggu. Impian sang anak dapat mengorbit dengan tenang jika tarikan antara sisi terang dan gelap berada dalam harmoni. Namun sebaliknya, bila tarik-menarik itu terlalu ekstrem, ia bisa terlempar dari jalur seperti meteor yang kehilangan arah. Karya ini bukan hanya gambaran hubungan keluarga, tetapi juga tafsir visual tentang bagaimana peran orang tua membentuk semesta kecil dalam jiwa seorang anak.

REFERENSI

Karamina, R., & Setijanti, P. (2013). Pengaplikasian Tema Ekspresif pada Pusat Ekspresi Seni di Surabaya. Jurnal Sains dan Seni ITS, 2(2), G31-G33.

Patriansyah, M. (2020). Kajian Strukturalisme dalam Melahirkan Sebuah Karya Seni. Besaung: Jurnal Seni Desain Dan Budaya, 5(2), 99-104.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun